REKAYASA POLITIK MALINDO || CERPEN RAMOS TUKAN

 

(gambar by pixabay.com)


Di sebuah kampung kecil yang terletak di kaki Gunung Repitan, terdapat sebuah tempat yang dikenal dengan nama Malindo. Kampung ini adalah surga bagi flora dan fauna. Namun, kini segala keindahan itu tinggal kenangan.

Dulu, Malindo terkenal dengan airnya yang melimpah, mengalir deras dari mata air pegunungan yang tak pernah kering bahkan di musim kemarau sekalipun. Tetapi sejak dua bulan terakhir menjelang pemilihan, air yang biasa mengalir deras itu mulai menyusut. Perlahan sumur-sumur yang dalamnya tidak pernah kurang terisi air kini terancam habis. Warga bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi namun tak ada seorang pun yang tahu jawabannya.

Dalam situasi ini ada seorang pejabat dari kota yang juga menjadi salah satu  calon bupati untuk kabupaten Adimtun datang mengunjungi kampung Malindo dengan tujuan mengampanyekan setiap visi, misi dan program kerjanya dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Nama pejabat itu adalah Pak Darwo. Semua masyarakat Malindo terpikat akan kepintaran Pak Darwo dan kecakapannya dalam berbicara. Menyaksikan semua visi, misi ,dan program kerja yang dibicarakan oleh Pak Darwo semua masyarakat menjadi jatuh cinta terhadap Pak Darwo, ditambah lagi di akhir sambutan Beliau mengatakan “Bapak, dan Ibu sekalian, jika saya di tanggal 27 November terpilih menjadi seorang bupati untuk Kabupaten Adimtun, semua persoalan yang kalian hadapi akan saya selesaikan. Dan untuk masalah air yang sekarang kalian hadapi akan segera saya selesaikan dalam waktu dekat”. Mendengar hal ini semua masyarakat Malindo bersorak gembira, kini mereka merasa ada harapan untuk persoalan air di kampung Malindo.

****

Satu Minggu sudah berlalu setelah kunjungan itu , dan benar terbukti, apa yang dijanjikan oleh Pak Darwo, masalah air bersih yang dihadapi oleh masyarakat Malindo kini terselesaikan. Air yang sebelumnya  tidak mengalir dengan alasan yang belum diketahui, akhirnya mengalir juga setelah satu Minggu. Semenjak hari itu nama Pak Darwo menjadi besar di kampung Malindo. Semua masyarakat kampung Malindo bersepakat untuk memilih Pak Malindo di tanggal 27 bulan November nanti. Tindakan masyarakat Malindo ini membuat salah satu warga dari kampung Malindo, Pak Anis yang juga mencalonkan dirinya untuk maju menjadi bupati, kabupaten Adimtun menjadi kecewa. Dalam kekecewaan itu beliau mengungkapkan bahwa, “pikiran masyarakat Kampung Malindo mengenai hal berpolitik masih sangatlah sempit. Mungkin saja janji itu hannyalah sebuah politisasi untuk meraih kekuasaan. Ada juga yang hanya karena 2 lembar merah , mereka lari meninggalkan pilihan awal, saya takut pilihan mereka akan membawa malapetaka dalam jangka waktu panjang”. Meskipun Pak Anis mengatakan hal demikian, sama sekali  tidak mempengaruhi masyarakat kampung Malindo, keputusan mereka tetap bulat, yang mereka mau  hanyalah Pak Darwo.

****

Namun ketika lagi satu bulan menjelang pemilihan, satu minggu terakhir ini timbul masalah baru yang muncul dan lagi-lagi menimpa kampung Malindo. Hama tanaman membuat rusak tanaman padi milik warga sehingga tanaman padi masyarakat Kampung Malindo sebagian mati atau gagal panen. Mendengar hal ini Pak Darwo sekali lagi mengunjungi kampung Malindo tetapi bukan dengan tujuan kampanye melainkan pembawa solusi. Semua masyarakat Malindo dikumpulkan di Balai Desa untuk menyambut kedatangan Pak Darwo. Dalam kunjungan ini Beliau mengungkapkan akan segera menangani masalah hama tanaman ini. Beliau akan mendatangkan alat pembasmi dan cairan untuk membunuh hama tanaman ini. Setelah perjumpaan ini, sekitar pukul 12 : 00 siang, Pak Darwo pamit karena ada urusan yang hendak diselesaikan. Melihat hal ini salah satu pemuda kampung Malindo yang bernama Rian berusaha membuntuti Pak Darwo, Ia merasa ada yang ganjal. Ketika Pak Darwo naik ke atas mobil, perlahan Rian juga menyalakan sepeda motor-Nya dan mengikuti Pak Darwo dari belakang. Rian memang sudah ada sejak pertemuan dimulai, Ia berdiri paling belakang dan menaruh kecurigaan bahwa semua masalah ini mungkin saja disengajai. Sepanjang perjalanan dengan penuh Kehati-hatian, Rian terus membuntuti mobil yang ditumpangi Pak Darwo, tetapi Pak Darwo sama sekali tidak mengetahui hal ini. Perjalanan semakin jauh dari kampung, Pak Darwo memasuki sebuah hutan rimbun yang jarang dilalui oleh masyarakat. Melihat hal ini kecurigaan Rian makin tajam. Semakin ke dalam hutan dan pada akhirnya Pak Darwo berhenti di sebuah rumah tua. Pak Darwo keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah tua itu. Sambil berjalan Ia terus melihat ke belakang ke depan dan ke samping, memberikan ekspresi seakan takut ketahuan. Tidak lama setelah itu, terlihat 4 orang tua datang dari sisi kiri pak Darwo berdiri.

“Trimakasih banyak kalian sangat membantu saya,ini adalah upah milik kalian.” ucap Pak Darwo sambil memberikan sekapok uang kepada seorang lelaki tua,yang berdiri langsung di depannya. “ Ingat jangan sampai ada orang yang tahu tentang hal ini. Rahasiakan semuanya”

“Aman Pak. Kami akan menutup mulut dan melakukan semua yang bapa perintahkan asalkan bapa memberikan kami uang” ujar seorang lelaki tua.

Melihat hal ini Rian yang sembunyi di balik pohon segera  mengeluarkan Handphone dari sakunya dan merekam setiap percakapan yang dilakukan oleh Pak Darwo dengan keempat lelaki tua itu. Kini terbukti bahwa setiap kejadian yang menimpa kampung Malindo, merupakan sebuah rencana jahat yang sengaja dibuat untuk menarik hati masyarakat kampung Malindo. Pak Darwo sengaja menciptakan krisis air dan hama tanaman dan menawarkan solusi untuk memenangkan hati masyarakat Malindo. Semuanya itu hannyalah permainan politik yang licik dan tak bermoral. Menyaksikan hal ini Rian menunduk kepala dan dalam hati Ia bergumam,“Sekejam ini kah manusia??. Demi kekuasaan kamu bertindak secara otoriter, kamu rela melakukan hal sekeji ini bahkan memperalatkan orang tua atas mau-Mu dan kau korbankan masyarakat atas kepentingan pribadi Mu”. Maka keesokan paginya, kabar tentang kebusukan Pak Darwo tersiar dengan cepat di kampung Malindo. Dan masyarakat pun akhirnya mengetahui semua masalah yang dihadapi mereka selama ini, mulai dari krisis air sampai dengan Hama tanaman padi, semuanya hannyalah setingan yang dibuat oleh Pak Darwo. Atas kejadian ini Masyarakat Malindo menjadi kecewa dan merasa dikhianati, mereka bersepakat tidak lagi memilih Pak Darwo melainkan Pak Anis, di tanggal 27 November nanti.



PENULIS : RAMOS TUKAN

Posting Komentar

0 Komentar