Di sebuah kampung kecil yang terletak di kaki Gunung Repitan, terdapat
sebuah tempat yang dikenal dengan nama Malindo. Kampung ini adalah surga bagi
flora dan fauna. Namun, kini segala keindahan itu tinggal kenangan.
Dulu, Malindo terkenal dengan airnya yang melimpah, mengalir deras dari
mata air pegunungan yang tak pernah kering bahkan di musim kemarau
sekalipun. Tetapi sejak dua bulan terakhir menjelang pemilihan, air yang biasa
mengalir deras itu mulai menyusut. Perlahan sumur-sumur yang dalamnya tidak
pernah kurang terisi air kini terancam habis. Warga bertanya-tanya apa yang
sebenarnya terjadi namun tak ada seorang pun yang tahu jawabannya.
Dalam situasi ini ada seorang pejabat dari kota yang juga menjadi salah
satu calon bupati untuk kabupaten Adimtun
datang mengunjungi kampung Malindo dengan tujuan mengampanyekan setiap visi, misi dan
program kerjanya dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Nama pejabat itu adalah
Pak Darwo. Semua masyarakat Malindo terpikat akan kepintaran Pak Darwo dan
kecakapannya dalam berbicara. Menyaksikan semua visi, misi ,dan program
kerja yang dibicarakan oleh Pak Darwo semua masyarakat menjadi jatuh cinta terhadap
Pak Darwo, ditambah lagi di akhir sambutan Beliau mengatakan “Bapak, dan Ibu
sekalian, jika saya di tanggal 27 November terpilih menjadi seorang bupati
untuk Kabupaten Adimtun, semua persoalan yang kalian hadapi akan saya
selesaikan. Dan untuk masalah air yang sekarang kalian hadapi akan segera saya
selesaikan dalam waktu dekat”. Mendengar hal ini semua masyarakat Malindo
bersorak gembira, kini mereka merasa ada harapan untuk persoalan air di kampung
Malindo.
****
Satu Minggu sudah berlalu setelah kunjungan itu , dan benar terbukti, apa
yang dijanjikan oleh Pak Darwo, masalah air bersih yang dihadapi oleh
masyarakat Malindo kini terselesaikan. Air yang sebelumnya tidak mengalir dengan alasan yang belum
diketahui, akhirnya mengalir juga setelah satu Minggu. Semenjak hari itu nama
Pak Darwo menjadi besar di kampung Malindo. Semua masyarakat kampung Malindo
bersepakat untuk memilih Pak Malindo di tanggal 27 bulan November nanti. Tindakan
masyarakat Malindo ini membuat salah satu warga dari kampung Malindo, Pak Anis yang
juga mencalonkan dirinya untuk maju menjadi bupati, kabupaten Adimtun menjadi kecewa.
Dalam kekecewaan itu beliau mengungkapkan bahwa, “pikiran masyarakat Kampung
Malindo mengenai hal berpolitik masih sangatlah sempit. Mungkin saja janji itu hannyalah
sebuah politisasi untuk meraih kekuasaan. Ada juga yang hanya karena 2 lembar
merah , mereka lari meninggalkan pilihan awal, saya takut pilihan mereka akan
membawa malapetaka dalam jangka waktu panjang”. Meskipun Pak Anis mengatakan
hal demikian, sama sekali tidak
mempengaruhi masyarakat kampung Malindo, keputusan mereka tetap bulat, yang
mereka mau hanyalah Pak Darwo.
****
Namun ketika lagi satu bulan menjelang pemilihan, satu minggu terakhir
ini timbul masalah baru yang muncul dan lagi-lagi menimpa kampung Malindo. Hama
tanaman membuat rusak tanaman padi milik warga sehingga tanaman padi masyarakat
Kampung
Malindo sebagian mati atau gagal panen. Mendengar hal ini Pak Darwo sekali lagi
mengunjungi kampung Malindo tetapi bukan dengan tujuan kampanye melainkan pembawa
solusi. Semua masyarakat Malindo dikumpulkan di Balai Desa untuk menyambut
kedatangan Pak Darwo. Dalam kunjungan ini Beliau mengungkapkan akan segera
menangani masalah hama tanaman ini. Beliau akan mendatangkan alat pembasmi dan cairan
untuk membunuh hama tanaman ini. Setelah perjumpaan ini, sekitar pukul 12 : 00 siang,
Pak Darwo pamit karena ada urusan yang hendak diselesaikan. Melihat hal ini
salah satu pemuda kampung Malindo yang bernama Rian berusaha membuntuti Pak Darwo,
Ia merasa ada yang ganjal. Ketika Pak Darwo naik ke atas mobil, perlahan Rian
juga menyalakan sepeda motor-Nya dan mengikuti Pak Darwo dari belakang. Rian
memang sudah ada sejak pertemuan dimulai, Ia berdiri paling belakang dan menaruh
kecurigaan bahwa semua masalah ini mungkin saja disengajai. Sepanjang perjalanan
dengan penuh Kehati-hatian, Rian terus membuntuti mobil yang ditumpangi Pak
Darwo, tetapi Pak Darwo sama sekali tidak mengetahui hal ini. Perjalanan
semakin jauh dari kampung, Pak Darwo memasuki sebuah hutan rimbun yang jarang
dilalui oleh masyarakat. Melihat hal ini kecurigaan Rian makin tajam. Semakin
ke dalam hutan dan pada akhirnya Pak Darwo berhenti di sebuah rumah tua. Pak
Darwo keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah tua itu. Sambil berjalan Ia terus
melihat ke belakang ke depan dan ke samping, memberikan ekspresi seakan takut
ketahuan. Tidak lama setelah itu, terlihat 4 orang tua datang dari sisi kiri
pak Darwo berdiri.
“Trimakasih banyak kalian sangat membantu saya,ini adalah upah milik
kalian.” ucap Pak Darwo sambil memberikan sekapok uang kepada seorang lelaki
tua,yang berdiri langsung di depannya. “ Ingat jangan sampai ada orang yang
tahu tentang hal ini. Rahasiakan semuanya”
“Aman Pak. Kami akan menutup mulut dan melakukan semua yang bapa
perintahkan asalkan bapa memberikan kami uang” ujar seorang lelaki tua.
Melihat hal ini Rian yang sembunyi di balik pohon segera mengeluarkan Handphone dari sakunya dan
merekam setiap percakapan yang dilakukan oleh Pak Darwo dengan keempat lelaki
tua itu. Kini terbukti bahwa setiap kejadian yang menimpa kampung Malindo,
merupakan sebuah rencana jahat yang sengaja dibuat untuk menarik hati
masyarakat kampung Malindo. Pak Darwo sengaja menciptakan krisis air dan hama
tanaman dan menawarkan solusi untuk memenangkan hati masyarakat Malindo.
Semuanya itu hannyalah permainan politik yang licik dan tak bermoral. Menyaksikan
hal ini Rian menunduk kepala dan dalam hati Ia bergumam,“Sekejam ini kah manusia??. Demi kekuasaan
kamu bertindak secara otoriter, kamu rela melakukan hal sekeji ini bahkan memperalatkan
orang tua atas mau-Mu dan kau korbankan masyarakat atas kepentingan pribadi Mu”.
Maka keesokan paginya, kabar tentang kebusukan Pak Darwo tersiar dengan cepat di
kampung Malindo. Dan masyarakat pun akhirnya mengetahui semua masalah yang
dihadapi mereka selama ini, mulai dari krisis air sampai dengan Hama tanaman
padi, semuanya hannyalah setingan yang dibuat oleh Pak Darwo. Atas kejadian ini
Masyarakat Malindo menjadi kecewa dan merasa dikhianati, mereka bersepakat tidak
lagi memilih Pak Darwo melainkan Pak Anis, di tanggal 27 November nanti.
PENULIS : RAMOS TUKAN
0 Komentar