Macet
sampah-sampah macet, di perempatan
selokan mampet, tanpa lampu lalu lintas
mulai gelisah, ditatap mata-mata serapah
remukan tulang punggung
botol bekas bir malam minggu
sobekan kertas legalisasi
bahkan rindu kadaluarsa
berkumpul bergumul
saling membunyikan klakson
dikejar waktu ke pembuangan
akhir
Bekasi, 23 Juni
2024
Sesak
asap-asap sesal, di ruas jalanan dada
mengepul menyesakkan nafas-nafas
pelarian di ujung senja
sejenak menggoyang lidah di warung- warung kota, lalu membuang sepah di kedai kopi hingga pukul tiga nol nol kembali ke rumah tanpa ketukan pintu
lalu pejam membawanya kembali berlari
di baris mimpi dan genangan di sudut mata
Bekasi, 23 Juni 2024
Sibuk
tumpukan kertas penawaran
di rongga kepala
membuat fikiran marah-marah
mengapa neuron selalu saja
menunda-nunda yang ada
mengejar-ngejar yang susah
sibuk menghitung laba imajiner
lupa jika mengkuadratkan rela
mampu menjadikannya riil
Bekasi, 23 Juni 2024
Sempit
atap-atap perumahan duduk
tanpa spasi
saling bergosip tentang birahi tuannya
yang diam-diam memandang
nafsu burung betina
yang bertengger di luar pagar
kehilangan malu tanpa bulu
serius sekali dari pagi hingga senja
semacam rapat dalam kubangan dosa
walau sempit membuatnya nelangsa
bahkan saling sikut pun
susah
Bekasi, 23 Juni 2024
Kota
di antara macetnya
sampah-sampah buangan
sesaknya nafas-nafas
penyesalan
sibuknya rongga kepala
dan sempitnya lahan-lahan
kebajikan
pengamen kata tak jemu
meramu diksi, untuk
menyelamatkan diri
dari kota yang dilahirkan
api
Bekasi, 23 Juni 2024
*Denok Ayu Uni Aisandi. Penulis puisi yang lahir di Surabaya, 3 Juni 1992. Hobi travelling, bernyanyi dan menonton film. Alumnus Pertanian, Angkatan 47 – Institut Pertanian Bogor (IPB). Mulai masuk ke dunia literasi pada bulan Mei 2024. Karyanya sudah dimuat di beberapa media serta masuk dalam antologi puisi bersama nasional. Bergabung di kelas puisi online Asqa Imagination School dan Kelas Puisi Bekasi. IG: @denokaisandi
0 Komentar