Batas Rindu
Aku rindu
Berdansa di bawah hujan
gemericik yang syahdu
dan berenang di matamu candu begitu mengakar
Rindu menatap senja
yang hadir di sudut bibirmu
Tapi kini, samar bayangmu purna
Pupus dalam bait sajakku yang retak
Apakah kamu tahu,
Huruf-huruf pun gelisah, resah di bawah gerimis basah
mencoba rangkai kembali tiap diksi yang hilang dari syair-syair kesedihanku
Ujung Rindu, 23 Mei 2024
Meja dan Kopi Hitam
Meja ini adalah teman setia, ketika ku nikmati secangkir kopi hitam
yang diaduk dengan perasan tetes hujan
hadirkan gelegar petir
sambar lembaran bait puisiku
terbakar bersama kenangan.
Tangerang, 23 Mei 2024
Karam
Terbenam di antara riuh laut
Derasnya hujan tenggelamkan perahu kertas
Bawa serta kenangan tersapu jeritan badai dengan ratapan
Senja kala itu adalah senja terakhir, hilang dari kedua mata yang hampir tertutup rapat
Retak semua bingkai mimpi, tertulis di atas puisi
Diiringi gelegar tawa tuai rindu dalam sendu
Sejak saat itu
Tak ada lagi hangat matahari, langkah pun kian ringkih mengukir rintih dalam catatan waktu
Satu persatu gugur angka
Di kalender kusam
Sisakan gerimis rintik
Karam pada debur ombak lalu menghilang
Sunyi, 23 Mei 2024
__________________
Umi Hanin, lahir di Tangerang dan menetap di kota yang sama. Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini pernah belajar di KMO Batch 52, kelas puisi Asqa Imagination School (AIS) dan Ruang Kata (RK). Menulis sejak akhir tahun 2021. Penulis bisa dihubungi lewat IG: @umihanin
0 Komentar