Kisah-Kisah Paskah Dalam Puisi Chatedrale De Chartres Karya Sitor Situmorang
Demikianlah
kisah-kisah hari Paskah
Ketika
seluruh alam diburu resah
Oleh
goda, zinah, cinta dan kota
Kata
paskah pada bait keenam ini ada yang menuliskan dengan kata pasah. Paskah dan
pasah mempunyai arti yang sama yaitu perayaan kebangkitan Yesus. Hanya saja
paskah merupakan bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa latin pascha sedang
pasah adalah bahasa Ibrani. Paskah merupakan perayaan penting dalam liturgi
gerejawi. Sebelum memasuki perayaan paskah umat Kristiani melakukan masa
prapaskah selama empat puluh hari yaitu masa-masa berdoa, puasa, berkabung dan
pertobatan.
Adapun
paskah juga berkaitan dengan budaya modern sepeti kelinci paskah, telur paskah
juga kartu ucapan happy easter. Namun, Sitor Situmorang tidak membahas ini
dalam puisi Chathederale De Chartres. Kisah pertama ditempatkan penyair pada
bait pertama. Dalam bait, ini penyair menggunakan subjek Ia dengan huruf
kapital. Ia disini merujuk pada Yesus. yang oleh Rasul Yohanes disebut Anak
Domba Allah (Yohanes1:29&Yohanes 1:36). Adapun bait tersebut berbunyi:
Akan
bicarakah Ia di malam sepi
Kala
salju jatuh dan burung putih-putih
Sekali-sekali
ingin menyerah hati
Dalam
lindungan sembahyang bersih.
Bait ini menggambarkan keadaan Yesus saat berdoa di Taman Getsemani (Lukas 22: 39-42). Yesus dipenuhi rasa takut menghadapi peristiwa penyaliban diriNya. Rasa takut ini dibawa dalam doa dan penyerahan diriNya kepada kegenapan janji Tuhan demi menebus dosa umat manusia. (Lukas 22:42)
Di
bait selanjutnya penyair mengganti subjek menjadi kita. Adapun tersebut
berbunyi:
Ah, Tuhan, tak
bisa kita lagi bertemu
Dalam doa bersama
kumpulan umat
Ini kubawa cinta
di mata kekasih kelu
Tiada terpisah
hidup dari kiamat
Kita dalam bait ini merujuk pada sang penyair ( dikarenakan sang penyair menganut agama kristen Protestan) dan para rasul. Setelah peristiwa penyaliban Yesus, para rasul tentu kehilangan sosok pemimpin dan guru yang selama ini menjadi panutan dan penuntun. Di baris terakhir, penyair menyatakan “Tiada terpisah hidup dari kiamat.” Hal ini dapat diinterpetasikan bahwa sebelum Yesus naik ke surga Ia menjanjikan Roh Kudus untuk menemani umatNya ( Kisah Para Rasul 1:2). Lalu, Ia akan datang kembali untuk menjemput umatNya yang setia ( Kisah para Rasul 1:11)
Bait ketiga hingga kelima, penyair menceritakan pengalaman–pengalaman spiritual penyair dan umatNya selama mengenang peristiwa paskah. Bait-bait tersebut berbunyi:
Menangis ia
tersedu di hari Paskah
Ketika kami
ziarah di Chartres di gereja
Doanya kuyu di
warna kaca basah
Kristus telah
disalib manusia habis kata
Ketika malam itu
sebelum ayam berkokok
Dan penduduk
Chartres meninggalkan kermis
Tersedu ia dalam
daunan malam rontok
Mengembara
ingatan di hujan gerimis
Pada ibu, isteri,
anak serta Isa
Hati tersibak
antara zinah dan setia
Kasihku satu,
Tuhannya satu
Hidup dan kiamat
bersatu padu
Pada bait ketiga kesedihan mengenang pengorbanan Yesus di atas kayu salib tergambar dari baris pertama sampai ketiga. Ada kata menangis tersedu, ziarah dan doa. kata-kata tersebut menggambarkan bukan hanya terharu akan pengorbanan Yesus tetapi juga kehidupan spiritual. ziarah dan doa memiliki makna moral yang penting. Kedua kegiatan ini bertujuan untuk mengingat kembali, menegaskan iman dan menyucikan diri. Di baris terakhir bait ketiga menyatakan “Kristus telah di salib manusia habis kata.” Hal ini menegaskan kembali pengorbanan Yesus bukannya suatu kesian-siaan tetapi untuk penebusan dosa umat manusia. Tentu peristiwa paskah ini juga membawa umatNya pada pengalaman spiritual secara personal.
Di bait keempat penyair menyatakan dua hal yang bertolak belakang yaitu kermis dan gerimis dua kata yang puitis dan beirama bunyi akhir yang sama. Kermis berasal dari kata kermesse. adapun kata kermesse teridir dari kata kerk yang berarti gereja dan miss yang berarti massa. Kata-kata ini berasal dari bahasa Belanda, Inggris dan Spanyol. Adapun arti dari kermesse adalah festival atau perayaan gereja. Tentu bertolak belakang dengan kata gerimis yang berarti suatu simbol kesedihan. Hal ini menimbulkan suatu paradok bahwa peristiwa paskah membawa umatnya pada peristiwa yang menyedihkan namun yang dirayakan dengan pertobatan dan kemenangan atas dosa.
Di
bait selanjutnya penyair menyatakan hidup yang terus berputar antara taat
kepada Tuhan lalu kembali melakukan dosa. Perputaran ini digambarkan seperti
kosmoslogi alam yaitu adanya siang dan malam, pergantian musim juga pergantian
waktu. Oleh penyair hal ini digambarkan pada baris keenam dan ketujuh yang
berbunyi /Ketika
seluruh alam diburu resah/
/Oleh goda, zinah, cinta dan kota/ Dengan demikian penyair berusaha menyimpulkan
pemaknaan paskah melalui prosa tersebut bahwa kosmologi alam terus berputar tapi
kisah paskah dan kasih Tuhan tetap sama. Setelah prosa penyair mengakhiri puisi
dengan tanda titik- titik sebagai suatu jeda untuk memperpanjang irama dan menegaskan
keresahan tentang paskah tetapi berakhir dengan manis meski hidup di perantauan
/…. Di Bumi Perancis/ …. Di Bumi manis/ Adapun prosa tersebut berbunyi:
Demikianlah kisah
cinta kami
yang bermula di
pekan kembang
Di pagi buta
sekitar Notre-dame de Paris
Di musim bunga
dan mata remang
Demikianlah kisah
kisah hari Paskah
Ketika seluruh
alam diburu resah
Oleh goda, zinah,
cinta dan kota
Karena dia, aku
dan isteri yang setia
Maka malam itu di
ranjang penginapan
Terbawa kesucian
nyanyi gereja kepercayaan
Bersatu kutuk
nafsu dan rahmat Tuhan
Lambaian cinta
setia dan pelukan perempuan
..... Demikianlah
..... Cerita
Paskah
..... Ketika
tanah basah
..... Air mata
resah
..... Dan
bunga-bunga merekah
..... Di bumi
Perancis
..... Di bumi
manis
..... Ketika
Kristus disalibkan.
Puisi Chattederale De Chatres yang ditulis oleh sastrawan angkatan empat lima ini terkesan menawan. Keindahannya dapat dinkamti hingga kini meski sudah diterbitkan tahun 1953. Hal ini dikarenakan Sitor Situmorang , penyair kelahiran Tapanuli Utara, 2 Oktober 1924 ini lihai memilih metafora dan diksi yang tepat dan manis di setiap baitnya. Masing-masing pembaca memiliki interpertasi yang berbeda-beda mengenai puisi ini. Saya pun sebagai pembaca puisi ini menginterpersikan pertanyaan yang saya utarakan di paragraf pertama, yaitu mengapa kisah paskah menghadirkan keresahan? keresahan yang dimaksud di sini menurut saya adalah refleksi iman terhadap peristiwa paskah. Keresahan timbul setelah mengingat kembali pengorbanan Kristus bagi umat manusia. Dan dari keresahan tersebut timbulah kekuatan iman untuk menyakini pengorbanan Kristus dilakukan karena kasihNya yang tak berkesudahan bagi umat manusia. Akhir kata saya menutup dengan ayat mas 1 Petrus 1: 18-19
“ Sebab kamu tahu, bahwa
kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah
anak domba yang tak bernoda dan tak
bercacat.”
Referensi
https://kolom.tempo.co/read/1001372/pasah
https://www.sepenuhnya.com/2018/09/puisi-cathedrale-de-chartres.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Paskah
https://en.wikipedia.org/wiki/Kermesse_(festival)
Bionarasi
Amelia Priscillawati
menetap di kota Batu Jawa Timur sebagai penerjemah, proof reader di Mitra Translator
dan pengajar bahasa. Saat ini mengembangkan keterampilan menulisnya di Tempo
institute.com.
1 Komentar