TAK ADA MAINAN HARI INI || BOY HAGEL SAPUTRA TARIGAN

 


Tak Ada Mainan Hari Ini

Hari ini apakah yang akan diberikan seorang lelaki renta

dengan gerobak tuanya kepadaku?

Saat akan mampir dan memunguti sampah dari rumah-rumah

tetangga sebelum orang-orang mabuk akan baunya.

Kemarin di dalam gerobaknya ada rembulan, dan ia berikan Kepadaku.

Untuk jadi main-mainanmu katanya.

Namun rembulan itu telah pecah kutendang.

Sebab kusangkak ia adalah bola.

Tiga hari yang lalu di dalam gerobaknya ada mobil-mobilan

yang ada wiu-wiunya, dan ia berikan kepadaku.

Untuk jadi main-mainanmu katanya.

Namun mobil yang ada wiu-wiunya itu terbakar.

Sebab kulempar ke kobaran api yang kunyalakan.

Karena kusangka ia adalah mobil pemadam kebakaran.

Seminggu yang lalu di gerobaknya ada robot-robotan,

dan ia berikan kepadaku.

Untuk jadi main-mainanmu

katanya.

Namun robot-robotan itu telah hilang.

Saat malam hari kutinggalkan ia di luar rumah sendirian.

Sebab kusangka ia adalah seorang pemberantas kejahatan.

Lalu kali ini setelah ia datang, di dalam gerobaknya

ada kumpulan huruf-huruf yang telah ia rangkai menjadi

kembang, dan aku minta itu untuk jadi main-mainanku.

Namun kembang itu tak ia berikan, sebab itu ia pungut dari baliho dan akan ia taburkan di atas ranjang istrinya yang sedang sakit.

Dan aku pun bersedih, karena tak ada main-mainan hari ini.

(2024)

 

Seorang Pekerja Kantoran Berkata Kepada Temannya

Lihatlah di sana, seorang petani duduk di bawah

pohon yang rimbun. Ia rehat sejenak untuk

menghela nafas panjang sembari mendengar

lagu kenangan yang terputar dari radio tuanya.

Lalu ia bakar rokok kereteknya dan menyeruput

secangkir teh panas yang melepas letih dan dahaga.

Dan tak jarang, ia akan tertidur dan mendengkur

seirama dengan hutan. Bukankah ia begitu

paham arti letih dan penat, tetapi juga

mahir dalam menarik dan menghembuskan

Nafas. Sementara kita begitu sesak

berdesak-desakan di dalam kantor waktu

dengan ruangnya yang sempit

dan penuh

berbagai antrean yang macet dengan segala

urusan dan tuntunannya yang panjang. Hanya

untuk sekedar dapat menghela nafas panjang.

Lalu temannya menjawab, “siapa tahu,

ia malah ingin seperti kita.”

(2024)

 

Jarak

di antara pandang mata yang tak bertemu

roda-roda yang berputar tak henti

awan-awan kesepian di langit tak berujung

dan nyanyian rindu

 

adakah mendung akan menemui hujan

dan membasahi waktu yang telah berdebu

sehingga sinar akan muncul

ke tempat segelap apa pun

 

sebab yang aku inginkan

kita tak lagi mengenal pagi atau malam

siang ataupun sore

biarlah waktu tetap kekal

lalu kita saling bertukar kembang

dan abadi

(2024)

______________________

Boy Hagel Saputra Tarigan, lahir di Berastagi, Sumatera Utara, 11 Desember 2002. Saat ini sedang mengenyam kuliah di Universitas Sumatra Utara Fakultas Ilmu Budaya. Puisi-puisinya baru di kirim ke beberapa media dan baru di muat pula di beberapa media.

Posting Komentar

0 Komentar