PERENUNGAN || CERPEN ESTI RUSIA

 


Perenungan 

Aku tiba di perkemahan Ranca Upas, Ciwidey pukul 16.30 WIB. Aku datang dengan penuh amarah dan kecewa. Kekasihku tiba-tiba mengakhiri hubungan kasihnya denganku. Alasan klasik perbedaan keyakinan dan ada gadis lain yang menantinya. Aku terluka dan merasa kalah tapi aku tak terima. Aku meminta padanya waktu tiga hari berpikir dan aku di Ranca Upas kini.  Aku ingin mengenang kisah pertama kali kita memulai segalanya di Gunung Puntang sebelah selatan dari perkemahan Ranca Upas. Bedanya kali ini, aku sendirian. Lepas magrib aku akan memulai petualanganku.

Aku membawa sarung tangan pemberiannya dan masih menggunakan gelang tali yang sama dengannya. Aku hanya duduk melamun lesu di warung sambil memesan kopi. Dinginnya hawa kaki gunung selalu menenangkan pikiranku. "Maafkan aku, dia sedang mengandung anakku dan aku harus menikahinya." Kalimat itu terus terngiang di telingaku. Aku menghela napasku. Lamunan terputus oleh suara azan dari surau. Aku bergegas menunaikan salat lalu merapihkan carrier. Saatnya pergi! Hanya perlu menyusuri jalur santai sekitar dua jam, aku akan tiba di lokasi camp  satu.  Aku tak berencana hingga ke puncak. Hanya ingin melepaskan emosi dan luka hatiku saja.

Sekitar satu jam perjalanan aku sudah tiba di lereng gunung. Medan perjalanan tidak berat hanya saja licin dan lembab. Sekelilingku pohon-pohon hutan tinggi. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Aku segera menggunakan jas hujan dan head lamp. Kabut dengan cepat turun sehingga jarak pandangku dengan lampu senter semakin pendek, mungkin hanya sekitar satu meter ke depan. Air mata kepedihan hatiku juga mulai menetes bersama dengan hujan. "Ah, terima kasih Ya Allah, aku akhirnya dapat menangis," seru hatiku. Puas menyusuri jalan setapak yang licin dan menangis, aku tiba di tebing sebelah kananku. Sebentar lagi aku tiba di camp satu.

Hujan semakin lebat dan aku semakin lambat bergerak. Tiba-tiba terdengar suara kaki dari arah berlawanan, aku melihat sosok yang turun tetapi tak jelas. Semakin mendekat, aku melihat seorang kakek yang membawa hasil buruannya di pundaknya seperti rusa. Darah segar rusa bercampur dengan air hujan menetes-netes berwarna merah. Aku menyapanya dengan hati was-was tapi kakek itu tak menjawab sapaanku. Dia hanya diam hingga posisinya bersebelahan persis denganku. "Kau fokus saja pada kjalurmu, jangan ambil jalur jalanku, ingat itu," ujarnya dengan nada cepat, keras dan kasar. Mungkin agar terdengar dan tak tertelan suara hujan.

"Baik Kek," jawabku lirih. Sungguh aku tak terpikir apapun saat bertemu dengan kakek. Aku meneruskan perjalananku dan tiba di camp satu kira-kira sepuluh menit dari lokasi aku bertemu kakek itu. Aneh di camp tak hujan walau tanahnya dingin lembab. Aku segera mendirikan tendaku, menyalakan api dan mulai duduk tenang di depan api unggun menunggu air panas masak untuk menyeduh teh dan mie instan. Inilah momen yang aku inginkan. Suara-suara binatang nokturnal dan tenang. Aku kembali berpikir tentang keputusannya. Rasa ingin balas dendam dan amarah itu mendadak sirna. Aku renungkan tentang kemungkinan ini terbaik yang  harus aku terima. Jika gadis itu tak hamil, mungkin aku semakin lama terombang-ambing oleh cinta yang tak pasti. Aku akan semakin lama menyakiti hati ibuku yang terang-terangan tidak menyetujui kami. Aku mulai berpikir panjang, jika aku masih menahannya bersamaku akan ada bayi yang lahir tanpa ayahnya! "Astagfirullah," desisku. Aku membekap mulutku dan merasakan betapa jahat dan egoisnya aku jika hal itu sampai terjadi. Aku menangis sepuasnya, terkadang menjerit keras melepas semua beban rasa di hati. Akhirnya aku tertidur lelap dalam tenda.

Keesokan hari aku memutuskan untuk kembali turun dan pulang. Hatiku sudah lebih ringan kini.  Saat melewati lokasi aku bertemu sang kakek semalam, aku tersentak kaget. Jalan itu benar-benar setapak berbatas tebing dan jurang! Ah, jadi aku jalan kemarin, apakah kakek itu berjalan di atas jurang? Buluk kuduk terasa berdiri, aku mempercepat langkah dan bertanya-tanya, jadi siapa kakek itu?

____________________________________

Esti Rahayu Utami lahir di Bandung, 26/10/1977. Lulusan University of People Friendship,  Moscow 2004. Sehari-hari ia bekerja sebagai freelancer dalam berbagai bidang. Dalam dunia penulisan, ia lulusan Komunitas Menulis Online (KMO) Batch 49. Aktif belajar berkarya di Asqa Imagination School (AIS), Ruang Kata dan tergabung di komunitas Competer Indonesia. Ia sudah melahirkan 4 buku solo. Puisi dan cerpennya dimuat di berbagai media cetak dan online; Tirastime.com, Kasatmata.com, dermagasastra.com, Majalah Al-Qomar, IG: Competer_Indonesia, KKR Bali, Ruang Kata dll. Ia pernah menjuarai Asqa Book Award XVI sekaligus menjadi pemenang favorit 1. Kini ia masuk ke dalam 35 besar Anugerah COMPETER 2024, yang pemenangnya akan diumumkan per 1 Januari 2024. Anda bisa menghubunginya di IG: @estirutami.

 


Posting Komentar

0 Komentar