AYAHKU BUKAN AYAHKU || CERPEN ESTI RAHAYU UTAMI

 


Ayahku Bukan Ayahku

Anton menyeret anak semata wayangnya, Noura keluar ke halaman depan rumah.

"Ayah kenapa ayah?" tanya gadis kecil berusia lima tahun.

Anton hanya diam dan dengan mata menyalang Ia bergegas menuju garasi dan mengambil dirigen bensin kecil, Ia siramkan setengah isinya ke Noura.

"Ayah, kenapa ayah siram aku, ayah, ayah ini bau apa, ayah ...?"

"Opie, keluar kau atau kubakar anakmu!" teriaknya garang, Anton telah gelap mata.

Dari dalam kamar dimana Opie mengunci diri, ia melarikan diri sebelum disiksa kembali oleh suaminya sendiri. Opie mengintip dari jendela, melihat Noura, anak gadisnya basah dan dirigen bensin disekitarnya. Ia terkesiap dan marah luar biasa. Ia lari membuka pintu menuju halaman.

"Lepaskan anak kita, kau lelaki biadab!" teriaknya penuh emosi dan tangisan.

"Ku bakar dia didepan matamu, agar kau tahu rasa sakit hatiku melihat kau berdekatan dengan lelaki sialan tadi."

"Kau sinting, Dia rekan kerjaku, lepaskan Noura."

Noura menangis berusaha lari kearah mamanya, tetapi ditarik oleh ayahnya dengan kasar. Noura selalu takut terhadap ayahnya. Ia aljogo yang selalu menyiksa mama dan dirinya. Sore hari itu Ia sedang bermain di ruang tamu sendirian, tiba tiba ayahnya datang dari ruang tengah dan menyeretnya.

"Kalian mempermainkanku, dasar wanita, kalian ular semuanya." Anton berteriak penuh emosi dah mulai mengeluarkan korek api gas dari kantongnya.

Opie panik, berlari menuju Noura sambil berteriak sangat kencang, "Toolong, Tolong, Tolong Kami." Baku hantam berebut Noura dilantai halaman dengan bensin berceceran dimana mana antara Opie dan Anton. Opie tak berhenti berteriak meminta tolong, Ia berhasil memeluk Noura mencoba berikan perlindungannya sebagai seorang ibu.

"Hahahaha baguslah, tinggal urus abu kalian berdua, Hahahahaahahaha." penuh kegilaan Anton meracau, tertawa dan jahat.

Opie tak berhenti berteriak, dan akhirnya beberapa tetangga yang terganggu keributan dan teriakan minta tolong Opie berlarian menuju rumahnya dan bersama sama merobohkan dan meringkus Anton yang kesetanan dengan mata menyalang.

"Sial, kali ini kau dan anakmu lolos, tunggu waktunya wanita sialan." teriak Anton. Ia tahan warga dan diserahkan kepada Polisi setempat.

***

Siang itu di sebuah sekolah dasar, Bu Rita wali kelas murid kelas lima, Ia sedikit cemas terhadap salah satu muridnya bernama Noura. Gadis kecil yang cantik itu tampak selalu gugup berhadapan dengan guru pria, nada suaranya mendadak mengecil ketika bicara dengan guru pria, bukan sekali dua kali Bu Rita melihat kejadian seperti itu. Laporan dari Ustad pengajar agama disekolah mereka, jika Ia bernada sedikit keras, Noura langsung gugup dan mengepal tangannya, ketika ditanya suaranya sangat kecil. Begitupun laporan guru olah raga, Pak Yalid. Noura termasuk murid yang pandai, hal itu membuat Bu Rita sedikit mencemaskannya.

Bu Rita memutuskan untuk bicara dengan orangtua Noura yaitu Mama Opie, ia mengirimkan pesan lewat aplikasi whatsapp mengajak Mama Opie bertemu. Keesokan harinya pukul tiga sore, Mama Opie tiba, wanita matang putih bersih dan berpenampilan seperti wanita karir pada umumnya. Bu Rita menyambut Mama Opie setelah kelas benar benar sepi. Murid sudah jam pulang.

"Assalamulaikum." sapa Mama Opie.

"Waalaikumsalam, masuk Mama, Bu Rita mau ngobrol sama mama sebentar." ajak Bu Rita dengan senyum ramah. Duduk berhadapan, Bu Rita membuka obrolannya,

"Mamah, Ibu agak cemas melihat Noura, sepertinya ia takut dengan pria dewasa seperti Ustad dan Guru Olahraga, mungkin Mama pernah di curhati oleh Noura masalah ini?" tanya Bu Rita.

"Hmmmm ...." Mama Opie menarik nafas panjang sejenak dan sepersekian detik mencoba menalarkan kejadian anak semata wayangnya.

"Bu Rita, sebenarnya Mama malas sekali bercerita ini, tapi mungkin sebaiknya Ibu tahu, sehingga kita bisa sama sama membantu Noura."

"Mama jangan khawatir, Bu Rita akan simpan jika itu rahasia dan akan menerapkan pendekatan secara psikologis kepada Noura."

"Jadi Bu, Noura waktu usia sekitar empat tahun, hampir di bakar hidup hidup oleh ayah kandungnya sendiri." suara Mama Opie tercekat menahan rasa sakit yang tiba tiba menyerang hatinya.

"A-apa?" Bu Rita terperangah.

"Iya Bu, Ibu tak salah mendengar, Ayah kandung Noura memang mengalami gangguan jiwa, setelah kejadian itu kami langsung bercerai dan sejak saat itu Noura tak pernah melihat Ayah kandungnya lagi."

"Astagfirullah, berat sekali ujian hidup Mama dan Noura, terima kasih Mama, Ibu jadi tahu pendekatan apa yang harus Ibu lakukan untuk Noura."

"Saya mohon, Ibu bantu saya ya Bu, saya khawatir Noura tak pernah berkata apapun tentang Ayahnya dan kejadian itu kepada saya, sepertinya Ia tak mau saya bersedih lagi atau apa saya sendiri kurang paham, jika Noura bercerita sama Ibu, mohon sampaikan ke saya juga agar saya bisa melakukan usaha penanganan mental Noura juga Bu."

"Baik Mama."

Pertemuan berakhir dan Mama Opie menghampiri Noura yang sedang asik jajan di kantin sekolah dengan beberapa temannya yang belum di jemput. Di rumah, Mama Opie menyelesaikan beberapa pekerjaannya, karena Ia sedang jadwal WFH. Di tengah pekerjaannya lamunannya membawa kembali ke masa bertemu dengan ayah Noura. Anton lelaki bertubuh sedang dengan wajah biasa saja, Ia dulu adalah supervisior sales di sebuah kantor, di mana Mama Opie baru pertama kali bekerja. Hubungan mereka awalnya hanya hubungan kerja hingga suatu hari Anton sakit keras, Ia tinggal sendirian di kostnya, kampungnya berada di pesisir selatan. Opie menjenguknya sekedar perhatian kepada atasannya, Ia membantu mengantarkan Anton ke rumah sakit dan ternyata Anton terkena tipes sehingga akhirnya di rawat di rumah sakit dekat kosnya. Setiap sore Opie dan teman temannya bergantian menjenguk dan menemani Anton. Dalam waktu minggu Anton sudah bisa kembali ke kostnya sementara wajib seminggu lagi bed rest di kosnya. Ia berkoordinasi dengan Managernya dan meminta cukup Opie saja yang membantu mengurusnya sehingga sales lama bisa fokus pada targetnya. Akhirnya mereka saling jatuh cinta dan berpacaran. Orang tua Opie sebenarnya tidak setuju karena Anton teramat sopan, sopannya berlebihan seperti menyembunyikan sesuatu. Orang tua Anton berkali kali menanyakan apakah Opie yakin dengan Anton, tapi tidak pernah menceritakan kenapa mereka bertanya. Singkat kata cinta membutakan segalanya dan mereka menikah.

Perangai Anton yang tempramental penuh dengan emosi yang turun naik, baru diketahui Opie setelah pernikahan, berawal Ia terlambat pulang dari kantor barunya, ya sejak menikah opie resign dari kantornya dan bekerja di kantor lain sebagai admin, Anton tak mau opie bekerja sebagai sales yang banyak berhubungan dengan orang banyak. Ketika Ia pulang terlambat, Anton mengamuk tak karuan, menjambaknya, memukulnya padahal opie tengah hamil muda.

Anton hanya merasa selalu ada bisikan ditelinganya yang mengatur apa yang harus dilakukannya, Ia saat berusia sebelas tahun sudah pernah menancapkan pulpen ke kaki temannya yang tidak mengajaknya bermain. Ia sering mengancam akan membakar rumah jika dimarahi kedua orang tuanya. Ia selalu dijauhi orang orang terdekatnya karena sifatnya yang suka menyerang mendadak dan menyakiti orang lain. Anton sering mendapatkan bisikan, seperti yang terjadi dengan Opie saat pulang terlambat Ia mendengar bisikan, "Perempuan jalang itu sengaja pulang terlambat karena menjual pesona dirinya pada laki laki lain, kau harus tangani dia." dan begitu seterusnya.

Opie sudah mengalami patah tulang rahang, lebam seluruh badan, kelingking kaki terpotong dan berbagai hal mengerikan, ia masih bisa menahan diri demi anak yang paling ia sayang, Noura. Namun ketika Anton melakukan niatnya untuk membakar Noura, Ia habis semua kesabarannya. Ia mengajukan cerai, lari ke rumah orang tuanya membawa noura tanpa sepeser uang dan hanya membawa baju di badan. Bahkan mengambil barang pribadi di rumah kontrakannya, Ia dikawal oleh polisi untuk menjamin keamanannya. Anton akhirnya dijebloskan ke rumah sakit jiwa dan di diagnosa mengalami maniak depresi dan juga shizofrenia.

"Mah, Noura bisa ga ya punya ayah yang baik?" tanyanya memecah lamunan pedih Opie.

"Minta sama Allah, Nak, semoga di kabulkan, Aamiin." jawab Opie dengan lembut.

"Aamiin, mamah janji ya cari ayah yang baik buat aku."

"Insya Allah, Nak." hati Opie terasa tersayat sayat, sudah lima tahun dari perceraiannya, Ia masih belum bisa menghilangkan traumanya. Ia masih sering mimpi buruk dikejar dan akan di bunuh oleh Anton.

"Noura sayang Mamah." ujarnya seraya memeluk mamahnya dengan erat.

"Mama juga sayang Noura." senyum bibir Opie, ah anak ini memang benar penghibur baginya.

"Ayo kita makan malam dulu sebelum kamu tidur, nak."

"Ayo."

Malam berganti seperti biasa.

***

Di kamar Noura, ia memiliki ruang kecil rahasia di balik ubin yang sudah lama ia jebol, sejumlah gambar penuh kengerian, Ia membunuh ayahnya, Ia membakar ayahnya, Ayahnya terpotong potong dan sebagainya. Di setiap gambar ia tuliskan aku di bagian wanita kecil yang perkasa dan ayah pada pria yang tersiksa dalam setiap gambarnya.

"Tak akan ada lagi lelaki yang akan menyakiti aku dan mamaku." Dia tulis dengan darah ayam tetangga yang ia bunuh diam diam dan membuang bangkai ayam itu di dalam sumur belakang yang tak terpakai.

Hanya Noura yang tahu apa yang direncanakannya.

 ____________________________

Esti Rahayu Utami lahir di Bandung, 26/10/1977. Lulusan University of People Friendship,  Moscow 2004. Sehari-hari ia bekerja sebagai freelancer dalam berbagai bidang. Dalam dunia penulisan, ia lulusan Komunitas Menulis Online (KMO) Batch 49. Aktif belajar berkarya di Asqa Imagination School (AIS), Ruang Kata dan tergabung di komunitas Competer Indonesia. Ia sudah melahirkan 4 buku solo. Puisi dan cerpennya dimuat di berbagai media cetak dan online; Tirastime.com, Kasatmata.com, dermagasastra.com, sepenuhnya.com, Majalah Al-Qomar, IG: Competer_Indonesia, KKR Bali, Ruang Kata dll. Ia pernah menjuarai Asqa Book Award XVI sekaligus menjadi pemenang favorit 1. Kini ia masuk ke dalam 35 besar Anugerah COMPETER 2024, yang pemenangnya akan diumumkan per 1 Januari 2024. Anda bisa menghubunginya di IG: @estirutami.

Posting Komentar

0 Komentar