Luka
Aku terbangun dengan nafas tersengal-sengal
dan keringat dingin terasa di dahi dan leher.
Mimpi buruk selalu menghantuiku selama tiga hari ini. Kamar kos yang
baru, daerah Dago, Bandung. Aku duduk dan meraih botol minum di meja. Berharap
minum dapat membuatku lebih tenang. Air dingin yang mengalir di kerongkongan
terasa sejuk. Jam di dinding menunjukkan pukul 2 pagi. Kota Bandung sangat
dingin dan sunyi. "Haaah masih
pagi," desahku dan menarik selimut bersiap tidur kembali. Rasa kantuk yang
menggantung membuai untuk tertidur kembali.
Lagi, dalam mimpi seperti satu bayangan
hitam mengejar. Aku terus berlari hingga tiba-tiba kaki tersandung sesuatu yang menyebabkan aku terjatuh dan
memekik, "Aagh aduh." Bayangan itu mendekat langsung berupa gumpalan
hitam langsung masuk ke dalam mulut. Aku tak berdaya. Lalu aku tak mengingat
apapun.
Entah bagaimana aku tersadar seperti bukan
berada di tubuhku lagi, ruhku terikat
oleh sejenis rantai dengan kuat. Posisiku berada sekitar 5 cm dari raga. Dia
yang entah siapa menguasai ragaku. "Lepaskan aku!" Dia hanya
menyeringai tanpa sepatah katapun. Aku merasa panas, sakit dan kepala
berputar-putar seolah tengah menaiki komedi putar. Tiba-tiba aku teringat
cerita teman sekantorku tentang tragedi yang terjadi di rumah kosku pada tahun
60-an.
Rumah ini dulu adalah milik seorang
pedagang paling sukses di Pasar Baru, namanya Pak Fadhlan. Ia memiliki satu
orang anak gadis yang cantik bernama Pondah. Istrinya meninggal dunia saat
melahirkan pondah. Pak Fadhlan tak menikah lagi sejak itu, ia tenggelam dalam
kesibukannya sebagai pedagang dan di waktu senggangnya ia habiskan dengan
wanita bergincu tebal dengan rok mini. Pondah sejak kecil kesepian. Tak pernah
mendapatkan perhatian bapaknya. Saat usia 17 tahun ia jatuh cinta pada seorang
teman sekolahnya Daniel. Lelaki yang tak bertanggung jawab itu meninggalkan
pondah dalam keadaan hamil. Akhirnya pondah memutuskan bunuh diri dan pesan
terakhirnya yang mengerikan. Ia akan membawa mati semua orang yang tinggal di rumah itu. Tak
lama setelah kejadian itu Pak Fadhlan pindah ke Jakarta dan meninggal dalam
kecelakaan tunggal di perjalanan. Rumah ini kemudian dkelola oleh adiknya Pak
Fadhlan dan keturunannya. Namun tak satu pun dari mereka tinggal di sana.
Aku menghela napas dengan cepat, apakah
yang menguasai tubuhku adalah arwah pondah? Aku mulai membaca semua doa yang
kuhapal dan berusaha tenang. Sementara raga dengan arwah pondah tengah
menyiapkan gantungan dari selendangku. Aku seperti akan di eksekusi gantung
olehnya.
"Pondah," sapaku dengan takut.
Ia menengok ke arahku dan mendesis
suaranya seperti orang tercekik. Sungguh menakutkan ragaku yang tengah dirasuki arwah penasaran.
"Apa salahku padamu sehingga harus
jadi korbanmu? Kenapa kau begitu egois, lelaki sialan itu yang berdosa
padamu, bukan aku!" kataku dengan
kesal.
Ia terpaku diam. Lama tak bergeming hanya
sesekali suara tangis pelan tapi sangat pilu terdengar. Tiba-tiba ia menoleh ke
arahku, menyeringai lalu mendekat dan terus mendekat. Aku sangat ketakutan. Aku
mulai ingat kedua orang tuaku, abangku, adikku dan semua orang yang dekat
denganku. Napas pondah terasa di telingaku. Aku memejamkan mataku, pasrah dalam
kengerian. Pondah menjerit sekeras-kerasnya di telingaku. Satu jeritan pilu
penuh luka. Semuanya mendadak gelap. Aku terbangun dengan kepala sakit luar
biasa dan lemas. Ah, mimpi itu terasa begitu nyata. Suara adzan subuh
memanggil. Aku bergegas berwudu dan salat lalu kubacakan doa untuk pondah.
Sambil menyeduh kopi, aku memikirkan pondah, betapa egois bapaknya, seperti menyalahkan pondah atas kematian istrinya, aku juga penasaran dengan wajah daniel yang memikat pondah, "Ah lelaki tak bertanggung jawab seperti itu semoga terbakar hangus di neraka," sumpahku. Hari ini aku berencana ijin tak masuk kerja dan pindah kos. Cukup semalam saja aku merasakan maut begitu dekat.
Esti Rahayu Utami lahir di Bandung, 26/10/1977.
Lulusan University of People Friendship, Moscow 2004. Sehari-hari ia
bekerja sebagai freelancer dalam berbagai bidang. Dalam dunia penulisan, ia
lulusan Komunitas Menulis Online (KMO) Batch 49. Aktif belajar berkarya di Asqa
Imagination School (AIS), Ruang Kata dan tergabung di komunitas Competer
Indonesia. Ia sudah melahirkan 4 buku solo. Puisi dan cerpennya dimuat di
berbagai media cetak dan online; Tirastime.com, Kasatmata.com,dermagasastra.com,
Majalah Al-Qomar, IG: Competer_Indonesia, KKR Bali, Ruang Kata dll. Ia pernah
menjuarai Asqa Book Award XVI sekaligus menjadi pemenang favorit 1. Kini ia
masuk ke dalam 35 besar Anugerah COMPETER 2024, yang pemenangnya akan diumumkan
per 1 Januari 2024. Anda bisa menghubunginya di IG: @estirutami.
0 Komentar