MENEMUI ALINA|| SAFARI MAULIDI

 

Ilustrasi Google.com

Negeri Malam

Suaramu pudar mengundang memar

Di dada, hujan turun tak reda – reda mengubah musim semi jadi rumah pengangguran

Yerusalem mendatangiku lewat mimpi harapan anak – anak Afrika

Dahulu, benderamu melambung tinggi ke atap peradaban

Membungkus Agama dari tangan – tangan kotor kekuasaan

Perlahan dirimu melemah

Sebab hati mulai berubah

Hingga pada akhirnya engkau dijarah

Berubah wujud sungai darah

Januari 2023

 

 

Ketakutan – ketakutan

 

Beberapa orang takut pada Mei

Beberapa lagi trauma

Mei adalah bulan basah bersimbah darah

 

Toko, jalan, gedung berupa asap

Membumbung tinggi sebagai kenangan

Ketakutan – ketakutan

 

Meski Mei adalah kemarau pada umumnya

Dalam sejarah Mei berupa sungai kecil di pipi

Bulan trauma dalam tuak

 

Mei gadis dewasa

Selalu ingat tentang beberapa pria

Yang berani mengangkangi  

 

Februari 2023

 

Menemui Alina

 

Kau tahu ?

Malam ini aku akan memetik anggur di bulan

Rencananya ini aku akan hadiahkan pada Alina

Yang sebentar lagi datang

 

Ku harap bulan malam ini cerah

Agar ketika aku memanen

Aku tak lagi salah mengambil

Semisal, anggur kecut

 

Alina datang

Pada senja merah di barat

Senja indah berbingkai siluet burung

 

Sebagai manusia

Aku bercakap dengan air di kamar mandi

Untuk segera menemuinya di awal waktu

 

Ia gadis cantik yang rumit sebetulnya

Ia sedang meminum teh di ruang tamu

Ah, ia cantik

Secantik mimpi malamku

 

Februari 2023

 

Sebagai Warga Hujan

 

hujan merayap di jendela

 

Pada sore hari yang purba

Ku kira malam sudah datang

Sebab gelap berkumandang

Sudah beberapa Minggu

Bumi basah

 

Bulan ini memang bulan hujan

Tempat segalah basah singgah

Entah tentang pakaian, sepatu yang belum kering

Kendaraan macet, pilek atau tentang rindu

 

Hari – hariku dipenuhi hujan

Hujan yang senantiasa memutar ingatan

Pada tukang bakso, seblak, martabak beserta seperangkat jajanan jalanan

 

Dingin tak ada selimut

Membayangkan peluk

Adalah fatamorgana

 

Maret 2023

 

Setelah membaca jokpin

 

Setelah membaca jokpin

Entah kenapa

Sekarang aku lebih senang pada mandi

 

Mandi setelah magrib

Tepat ketika senja sedang indah – indahnya

Kebetulan jendela kamar mandiku

Menghadap senja

 

Suara kran terdengar lebih merdu

Dari pada mandi waktu pagi

 

Setelah membaca jokpin

Entah kenapa

Aku lebih senang pada agama

Khususnya bulan puasa

 

Sya’ban 2023

 

 

Ada suatu pagi

 

Ada suatu pagi

Kau menyeka butir murni di pipi

Di halte bus, yang ramai oleh sunyi

 

Ku lihat kau dari jauh

Merunduk sedih

Seperti menahan sebuah perih

 

Ingin aku mendekatimu

Tapi langit sepertinya tidak setuju

 

Ku lihat kepalamu berat

Seperti jangkar kapal di laut

 

Kepalaku dipenuhi burung kecil

Ada apa kira – kira

Tentang cintakah atau keluarga ?

 

Maret 23

 

*Safari Maulidi adalah Alumni Pondok Pesantren Annuqayah. Berasal dari desa Guluk – Guluk barat, Sumenep madura. Lahir di Pamekasan, dan tumbuh di Sumenep. Penyuka sastra yang sedang belajar berkarya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar