1. DALAM
KALBU
Mengubur
resah dengan sungguh
Biarkan
mata merayu tapi bukan layu
Kalimat
tanya mengobor dalam diri
Yang
selalu melugu dalam kalbu
Aku
membujuk hari agar berkibar pelangi
Namun,
sujudku seperti membinasa
Aku
hendak berdiri bukan meninggi
Aku membentengi janji
Mimpi
ini berkilau hampa lara
Keluh
menggila, jiwa gelisah
Aku
ingin bumi ini mekar kembang
Dengan teladan sang pejuang
Hati
yang muram berkuasa
Tapi
rinduku berbudi luhur
Menjadi
pelita untuk teman cintaku di bumi
Penat
masih membingkai ceritaku
Hujan
deras yang mengguyur kota rantauku
Di
sini aku hanyalah pendatang
Yang
datang dengan penyesalan
Ceritaku
hanya menyapu cerita indahmu ..
Dibawah
kaki langit
Aku
hanya insan yang datang tanpa diduga.
Diriku membahana dalam raga.
Seperti
daun jatuh dan menghilang diterpa angin .
Aku
hanyalah si pendatang menggenapi timmu .
Hanyalah
sebuah cerita malam yang sendu.
Maafkan
aku .
Kehadiranku
hanyalah sebuah keterpurukan.
Memberi hidup yang kelam .
Aku
seperti wabah penyakit yang merusak tubuhmu yang mempesona..
Kini
kataku menjadi rumus fisika
Sulit
untuk kau pahami.
Namun
sedikit ceritaku lebih bermakna.
Ketika
kau menyapa dengan suara mu.
Aku
adalah sebuah kalimat yang sudah kau tuliskan baris demi baris .
Tapi
kau delet .
Karena
menurutmu coratan ku tak berguna.
Aku
hanyalah kertas putih yang siap menerimamu.
Menari
bersama penamu.
Ku
hanya menatap dengan tajam
Namun
tatapannya lebih tajam.
Mataku tak mampu meratap.
Hanya bisa berkata-kata dalam bait hati
Duhai
ceritaku
Apalah
daya kini aku dan kataku
Mengecap
rasa.
Ku
tunggu hingga akhirnya.
Ada
kata kita.
Jakarta, 21 Oktober 2020
3. LETIH
Semua semu
Mengapa menyapa?
Jika sapa ku kau sapu.
Aku memilih membisu
Ketika aku dan kataku
Diam dan merintih
“ Aku ini belum merdeka!”
Suaranya bagai anjing menggong.
Yang siap memangsa ku.
Aku seperti pengunsi
Menempati ruangmu.
Penat melingkar dibait hati.
Seandainya aku punya sayap.
Ku ingin terbang jauh.
Hingga tak ada aku di hidupmu
Kau sudah membutakan dunia.
Semuanya semaumu.
Apalah dayaku?
Menetap dan meratap.
Hidup ini adanya.
Jakarta,25 Maret 2021
4. TINTA DILUBUK HATI
Kala sunyi datang mengunci. Malam mengelam merajai
Tintaku berdiam diri memikik lantang.
Aku
tertiup napas tak legah.
Dilubuk jiwa, raga tak beratap.
Kubarisi bait asa menggoda. Tak jelas, rupa tak larang.
Goresan itu tak pernah bercerai.
Didambakanya pada rimbun. Dan rima tanpa nada.
Ada
juang tanpa nama. Jejak mencekik bahu tak berdarah.
Tintaku menyinggung dilubuk hati. Aku sedang meramu asa!
Entah tintaku tak berwarna.
Duka
hati masih mencintai. Merekat sangat erat.
Kucari jalan hendak ke mana? Tinta tinggal tanggal.
Tak
lepas juri mengempas, pada aku jiwa yang sendu.
Kurangkai cerita pada jawaban di penghujung jalan.
Biarlah pedih menggoyak hati.
Langkah terhambat karena lambat.
Aku
risau mengubur dendam.
Luka
ini tak berdarah!
Namun
aku merintih pedih.
Tersesat karena sesak.
Mengaduh diatas tinta. Meronta ingin berlari.
Nestapa datang mengikat. Mengingat kata merangkul asa.
5. MEMELUK LUKA
Pesona riang disiang bolong.
Elegan seakan menentang kehebatan
Angkasa.
Entah mengapa aku kenapa?
Tatkala angin sejuk membelai wajah dan menepuk pipi.
Jari – jemariku bersentuhan memberi isyarat.
Luka ini abadi !?
Hasrat hanya mengundang luka.
Nestapa menyelimuti.
Pertikaian batin meramaikan ruang hampa.
Harapan pupus merangkak pergi.
Menghapus jejak meninggalkan bekas luka.
Hingga malam menyapa kelam.
Aku dan luka bersahabat.
Mata dengan kataku
Menjadi suara dalam kesunyian
Bersyair pada titik-titik air
Melingkari kehangatan
Sendiri dalam seni diri
Tak ada kata kita
Hanya aku sendiri
Angin mengundang tuk bersembunyi dengannya..
Entahlah bumi masih menguntit.
Aku tak tahu harus kemana arah ku
Lara melarat meruangkan kehampaan
Jenuhku bersemayam dalam alam hati
Menyerang tanpa ada peperangan.
Aku bukan Tentara!
Hanya gaya yang mendayakan kalimat itu.
_________________________________________
Binorasi:
Densi Claudia, seseorang yang mencintai kata-kata indah. Selalu berharap kelak
bisa membahagiakan orang tua. Dapat dihubungi melalui FB Densi Linggung, IG Densi
Linggung, Email densiyulita@gmail.com
0 Komentar