Ilustrasi Google.com |
Bising kota sepertinya sudah kalah saing dengan bising pada pikiran gadis itu. Alhasil setelah beberapa kali melayani ia pun kebingungan sendiri dengan uang yang ia peroleh dari para klayen.
Alia gadis berusia dua puluh satu tahun itu bekerja sebagai kupu-kupu malam. Tak disangkah setelah kepergian kedua orang tuanya, ia harus menjadi tulang punggung bagi adik-adiknya. Andai saja keluarga dekat mau membiayai hidup tentu saja ia tak bekerja demikian.
Paras menawan, dengan rambut lurus yang panjang bagaimana tidak orang-orang tidak jatuh hati padanya. Awalnya ia menyesal pekerjaan ini terlalu mengandung resiko apalagi Alia dikenal sebagai sosok perempuan anggun meski kehidupannya sangat sederhana. Alhasil tidak ingin diketahui banyak orang, Pekerjaan itu ia Lakoni dengan sangat hati-hati. Memberanikan diri bekerja sebagai pemuas nafsu tak tanggung-tanggung juga membuat dirinya merasa terbebani. Kadang di suatu saat ingin berhenti tetapi di saat-saat yang lain ia harus berpikir keras jika ia masih harus menanggung kehidupan keluarga terutama adik-adiknya. Menjadi sulung pula kadang tak untung kadang juga menjadi buntung tergantung cara ia melayani.
Ia bisa saja lari tetapi ia takut jika hal demikian terjadi bisa membuat adik-adiknya tidak makan dan bersekolah. Bisa saja ia mencari pekerjaan lain toh ujung-ujungnya bisa menghasilkan uang juga tapi apa daya Alia sudah terbiasa dengan demikian mungkin juga benar tubuh isyarat menuntaskan segala dan rindu. Apa ia demikian untuk para Klayen yang sudah beristri. Toh hanya untuk melampiaskan nafsu semata juga merasakan bagaimana desah dari tubuh wanita lain seperti Alia.
^Catatan di Ujung Pena^
______________________________
Tentang Penulis
Afriana pemilik nama pena Catatan di Ujung Pena. Ia berasal dari Manggarai dan kini sedang menetap di Maumere sambil menenun masa depannya.
4 Komentar