Ilustrasi google.com |
Rindu, Entah kapan akan bertemu, Yang pasti semua ada waktunya
"Mama bangun"
Denting suaranya seorang anak kecil memecahkan suasana yang awalnya adalah keheningan seusai misa pemberkatan Jenazah. Usianya masih kecil tetapi sebenarnya ia tidak tahu apa-aoa tetapi setelah melihat tubuh ibunya terbujur kaku dalam peti sontak air matanya jatuh. Disamping peti terlihat ayahnya yang hanya bisa merunduk dan menangis. Ia sudah tak berdaya lagi ketika wanita yang ia cintai harus pergi untuk selamanya
Karel nama lelaki itu. Sebelum rintih menjumpai akhir hayat sang istri ia pernah berjanji bahwa dalam keadaan apa pun mereka akan selalu bersama. Sungguh hatinya tersayat kehilangan wanita yang sangat ia kasihi terbaring kaku tak bersuara dalam sebuah peti. Istrinya pergi meninggalkan segala kenangan yang akan membuat hari-harinya sepi bahan kopi yang ia seruput menjadi dingin. Ia menjadi bisu bersama dengan suasana kopi yang beku
Sungguh belum siap menghadapi kehilangan karena sudah terlanjur bahagia bersama kehadiran ditambah dengan kelahiran putra kecilnya. Apa yang harus ia katakan nantinya ketika putranya bertanya "Mama kemana dan mengapa belum pulang?" Sungguh ia melayang dalam keheningan. Ia sungguh ingin bersama lebih lama dengan sang istri tetapi takdir ternyata tak menghendaki. Ia tinggal dalam luka karena kepergiaan yang tak kunjung kembali. Nyeri sungguh-sungguh menjalar lebih pedih dari apa pun yang menusuk tubuh.
Kini Karel harus sendirian, mengasuh putranya sampai besar dan bekerja untuk kehidupan mereka. Sesekali ia bercerita tentang kesehariannya di depan pusara sang istri sbil menyalahkan lilin, kadang juga ia menagis jika suatu waktu rindu datang begitu tiba-tiba. Ia hanya mampu kuat dalam untaian doa, entah sampai kapan ia hanya bisa menampung rindu dengan harapan suatu waktu dapat bertemu entah kapan yang pasti ada waktunya.
_______________
Catatan di Ujung Pena adalah nama pena dari Afriana. Suka menulis dan lebih banyak bersabar dengan kata-kata.
0 Komentar