PUISI ASMARA TEPI KANAL || ARDHI RIDWANSYAH

Ilustrasi pixabah.com



ASMARA TEPI KANAL
Semilir angin belai dua jiwa 
Yang terhantam hampa. 
Rumput tepi kanal jadi saksi 
Sepasang mata saling tatap 
Tuai cerita hingga kasih tertata. 

Air tenang mengalir seirama 
Tutur kata dari bibir penuh dosa. 
Terlalu cepat asmara memanah dada 
Seketika kosong mata tiada mekar bunga-bunga
Dan bulan tawarkan sedih dengan kasih 
Tak sempat bersemi. 

Gigil mendekap momen terungkap 
Mesra membara padam sesaat 
Bicara rindu tanpa sendu 
Hampir seperti mengunyah kerang 
Tanpa kuah pedas; tak sempurna. 

Kala itu tersemat cacat di hati 
Pada nyanyian musisi jalan 
Petik gitar sederhana 
Tanggalkan segenap cinta 
Yang membuat diri terlena. 
Jakarta, 2023 


GAGAL 
Di sudut matamu kebun mawar telah runtuh 
Terbakar keluh cinta mudah menipu 
Jiwa kalap menabur rindu dengan candu 

Melangkah menuju jurang; terjatuh 
Bersimbah darah dan peluh 
Tatap langit sambil mengaduh. 

Gelap adalah kawan setia 
Buta tak memandang apa-apa 
Kecuali gulita yang semakin menyapa 
Dengan senyum dungu meneror 
Kepala penuh lumpur. 
Jakarta, 2023

MEMORI PANTAI
Nuansa pantai membantai kenang 
Debur ombak menyapu langkah kaki 
Yang berlinang air mata kasih 
Pupus sudah tertiup angin pagi. 
Jakarta, 2023 


Baca juga


KATARSIS
Puisi rindu tertulis dalam sebuah kertas 
Yang berisi caci maki 
Sekadar padamkan api 

Kata-kata merangkak 
Di tengah sepi mengalun kasih 

Sapa jiwa yang letih 
Tikam hati yang lirih. 
Jakarta, 2023


LUSUH KOTA
Langit karat mata sekarat
Tengok tikus-tikus melarat 
Koyak tong sampah hingga payah
Jerit perut lapar menjajah hebat. 

Jalang deru mesin kendara 
Lalu lalang congkak mendera 
Kepul asap cekik sang malam 
Dengus hidung geram menerkam 

Hujan turun begiru rusuh 
Di tepi jalan menanti subuh 
Dengan tatap kaum lusuh 
Seketika asa meluruh runtuh.
Jakarta, 2023

SALAM HUJAN MALAM
Hujan malam ucapkan salam 
Pada jiwa-jiwa 
Yang tidur berselimut kelam. 

Ada ular di kepala  
Mendesis liar mematuk saraf; 
Kejang tak keruan 
Mati pegang janji yang lebam. 

Payung mekar 
Bak mawar di musim semi 
Tetes hujan selayaknya 
Puisi yang ditulis dengan sakit 
Sisa tanya tak terjawab 
Apa bunga bisa tumbuh 
Meski mentari enggan menyinari. 
Jakarta, 2023


MALAM BERSAMA NASI UDUK
Duduk aku bersama nasi uduk 
Di depan hanya ada kendara 
Dan hujan membara. 

Sedang aspal membisu 
Tubuhnya terinjak-injak
Oleh genang dan kenang. 

Tetes rinai sampaikan salam 
Tentang rindu yang terhantam
Jarak dan waktu. 
Serta malam ambigu 
Tebar pesona untuk hati beku. 

Pun lidah melambai 
Kala sesuai nasi dan kerupuk 
Pelan-pelan goda rahang 
Untuk santap dengan kasih sayang. 
Jakarta, 2023 

___________________________
Tentang Penulis 

Ardhi Ridwansyah kelahiran Jakarta, 4 Juli 1998.  Puisinya “Memoar dari Takisung” dimuat di buku antologi puisi “Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019”. Termasuk 115 karya terbaik dalam Lomba Cipta Puisi Bengkel Deklamasi 2021. Puisinya juga dimuat di media seperti labrak.co, litera.co.id,  kawaca.com, balipolitika.com, galeribukujakarta.com, Majalah Kuntum, Majalah Elipsis, Radar Cirebon, Radar Malang, koran Minggu Pagi,  Harian Bhirawa, Dinamika News, Harian Fajar, koran Pos Bali, Riau Pos, Suara Merdeka, Radar Malang,  Radar Madiun, Radar Banyuwangi, Radar Kediri, Nusa Bali,  Suara Sarawak (Malaysia), koran Merapi, Pontianak Post, Harian Waspada, Radar Tuban, Babel Pos, Harian Analisa, dan Media Indonesia. Instagram: @ardhigidaw. WhatsApp: 087819823958.

Posting Komentar

0 Komentar