PUISI RUMAH MUNIR-AMELIA PRISCILLAWATI

Amazon.com


Gereja Jago

Di gelanggang ini,

setiap hari sabat ayam berkokok tiga kali.

Mengema pertanyaan :siapa yang kupilih?

Kata-kata selalu habis di ujung salib.

Gugur bersama kenangan di taman Getsemani

dan kepedihan di bukit Golgota.

 

Sayap-sayap rindu membentang kian lebar

menaungi mimbar, meja dan bangku.

Namun,

Pertempuran dan pertanyaan berterbangan

menjadi bulir-bulir debu di dada dan kepala.

“Ya, Tuhan mampukah aku menyangkal diriku sendiri?”

 

Batu, 28 Juli 2022

 

Di Pasar Loak 

Pada deretan perabot antik juga besi tua, 

kenangan dan rindu bersaing untuk dimiliki

 

Kenangan terjual agar tagihan bulanan terbayar.

Pundi-pundi terisi oleh rindu yang tergadaikan

 

Di tirai dan karpet tua masih 

tersisa peluhku dan air matamu

 

Kubiarkan peluhku jadi obat penawar perih lambungku

kaubiarkan airmatamu menyirami hamparan mimpimu

 

Batu, 31 Agustus 2022

Pasar Gentengan 

Dentang pukul enam adalah

riuh jiwamu

Gemercik koin dan rintik-rintik keringat

Aroma, warna, sesak juga sesal

tumpah ruah di lambungmu

 

Pada sekeranjang apel guratan mimpi terukir

Di deretan bumbu dapur gelora cita berhamburan

Dari bedak-bedak sayur terdengar ragam kisah

Yang selalu mengingat aku juga mengenang dirimu

 

Dentang pukul sepuluh

Kau dan hening bercumbu

Diantara jejak kaki dan rasa

yang menyala dalam mata ingatan

 

Batu, 15 Januari 2023

 

Rumah Munir

Lagu melawan lupa bersenandung

di setiap ruang

Pada langit-langit juga dinding

kata-kata membara

 

“Perjalanan panjang ini belum usai.”

 

Di halaman belakang ada kata dan cita yang menetap

mereka adalah pematik api yang membakar trauma 

di dadaku, di jiwamu.

            

Batu, 16 Januari 2023

 

Kota Batu

Kota Batu adalah kenangan dan rindu.

Kenangan yang mengalir di jalan-jalan setapak pegunungan.

Lalu, bermuara di jiwa para pengembara, pendaki dan pelancong.

 

Kota Batu adalah kenangan dan rindu.

Rindu yang kian ranum menetap di aneka potongan apel.

Rindu yang semakin renyah menggema di setiap remasan kripik kentang.

 

Batu, 6 Juni 2022

 _____________________________________________

Tentang Penulis

Amelia Priscilawati berasal dari Malang. Kini berprofesi sebagai guru privat bahasa Inggris di Batu Malang.

Posting Komentar

2 Komentar

Atakiwan mengatakan…
Gereja jago ini luar biasa . Sangat reflektif