PUISI KUBA-KUBA TANPA MENARA-CHRIS TRIWARSENO

Amazon.com


Kubah-kubah Tanpa Menara

aku menulis tanda baca

jangan harap ada jeda 

napas ini memburu kata

dalam gegas kalimat

 

aku melukis kubah tanpa menara

jangan harap ada doa-doa

napas-napas memburu pendosa

dalam gegas maksiat

 

kau merusak tanda baca

membebasmu bersuara

tanpa teliti titik berhenti

rusak koma sebelahnya

 

kau merusak tanda surga

membebasmu dalam karma

tanpa hati memantik janji-janji

rusak darma sesudahnya

 

Ungaran, September 2022

 

Kubisikkan Desah

jangan harap jeda

jika rindu ini sudah tiba 

napas-napas ini memburu kata

bergegas melumat rasa 

aku adalah senyap

memelukmu dalam dekap

kubisikkan desah

menuju tubuhmu rekah

kau rebah dalam syairku

kubaitkan mantra gairah

kukatupkan kedua bibir ini sudah

 

Ungaran, September 2022

 

Dokterku Cintaku

dokter gigiku yang berkawat gigi

membuat hati ini tertinggal

pada geraham bawahmu

kubiarkan rasa ini kaukunyah

dan menetap singgah

 

rinduku serupa gigi berlubang

serasa nyeri segera tanggal

menanti saat kautambal

dengan amalgam-air raksa

menutup cemburu tanpa siksa

 

kauarahkan senyum setajam sonde

padaku yang terpapar pesonamu

selaksa terbius di setiap syaraf cintaku

menembus nadi-nadi berdenyut kulai

diam dalam ketidakterungkapan

Ungaran, Agustus 2022


Kanal Yoshiro di antara Progo dan Opak

: Selokan Mataram

Gemeretak tulang-tulang

Dan sengal-sengal napas

Menyeru derita menyayat

Sekarat tuju kematian

Nisan-nisan tanpa nama

Hanya darah-darah kering

Menulis lembaran sejarah

Romusa 

 

Progo dan Opak menolak

Tetesan dan anyir darah

Dari barat ke timur

Serupa kubangan merah

Perang Kizakihira di Kyushu

Tiga ribu pasukan kalah

Amuk tiga ratus pasukan

Jenderal Shimazu Yoshiro

 

Namanya terpahat di kanal 

Kelak disebut Selokan Mataram

Serupa simpul mengikat 

Menjadi sumber kemakmuran 

Dua sungai yang mengalirkan

Keberanian Raja Yogyakarta 

Seperti ramalan Joyoboyo

Ihwal penyatuan sungai 

di tanah Mataram

 

Ungaran, Desember 2022

 ___________________________________

Tentang Penulis 

Chris Triwarseno, S.T. , lahir di Karanganyar, 14 Februari . Alumni Teknik Geodesi UGM. Seorang karyawan swasta yang tinggal di Ungaran, Semarang. Penulis buku puisi Bait-bait Pujangga Sepi, aktif di Kelas Puisi Bekasi (KPB) & beberapa komunitas literasi, beberapa karyanya diterbitkan oleh beberapa media seperti : Suara Merdeka, Kaltim Post (Rubrik Sastra - Kerjasama dengan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur), Lombok Post (Rubrik Selasa Bahasa - Kerjasama dengan Kantor Bahasa NTB), nongkrong.co (puisi pilihan redaksi - Bulan April 2022), borobudurwriters.id (Borobudur Writers & Cultural Festival - BWCF), balipolitica.com, nadariau.com, riausastra.com,  negerikertas.com, Arahbatin.com dan lpmpjateng.go.id. 
Karyanya tergabung dalam antologi puisi Alam Sejati (Editor : Nia Samsihono, Pengantar : Eka Budianta), antologi Puisi Untuk Dokter dalam rangka HUT Ke-72 Ikatan Dokter Indonesia (Kurator : Sthiprana Duarsa, Gm Sukawidana dan Wayan Jengki Sunarta).
Terpilih menjadi salah satu dari 5 puisi pendek  terbaik bertema Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan oleh Institut Francais d'Indonesie, lembaga yang bergerak di bidang bahasa dan kebudayaan di bawah Kedubes Prancis di Indonesia.
Pemenang Lomba Cipta Puisi di negerikertas.com (Anugerah Negeri Kertas - Keadilan Internasional 2022). 
Pemenang Lomba Puisi Cinta di kanal youtube Yuditeha - kategori 10 puisi peringkat kedua. 
Menulis resensi "Tetirah Puisi Bertitimangsa hingga Pandemi" diterbitkan oleh nongkrong.co.

Posting Komentar

0 Komentar