OPINI PROMOTHEUS MENYALAKAN API DI DADA SENDA DAN NESI

 

Pixabay.com

PROMOTHEUS MENYALAKAN API DI DADA SENDA DAN NESI

Promotheus adalah  seorang Titan yang dikisahkan dalam mitologi Yunani Kuno sebagai pencipta manusia pertama dari lumpur. Setiap hari, Promoteus mengajari manusia berjalan,berpikir dan melakukan banyak kegiatan kreatif. Proses didikan Promotheus terhadap manusia inilah yang membuat manusia bisa mengetahui banyak hal. Peristiwa yang paling menarik dari Kisah Promotheus adalah mencuri api. Pada suatu hari promotheus mencuri  Api dari surga untuk manusia. Api pada waktu itu hanya dimiliki oleh para dewa  di surga dan merupakan harta berharga para dewa. Sehingga Zeus sangat marah ketika mengetahui bahwa Promotheus telah mencuri api untuk manusia. Tetapi hal itu masih dipertimbangkan oleh Zeus hingga pada suatu hari, tibalah pada hari yang dinantikan oleh Zeus. Manusia mengadakan upacara penyembelihan kurban. Sesuai aturan setiap ada penyembelihan, manusia wajib mempersembahkan sesajian berupa daging kurban dan lemak untuk para dewa. Sayangnya Promotheus menipu Zeus lagi dengan memberikan Tulang daging dan lemak. Deus pun marah besar dan mengambil kembali api dari manusia.

Mungkin inilah yang disebutkan “Cinta Butuh Pengorbanan”. Mengorbankan sesuatu demi cinta itu adalah hal luar biasa yang tak biasa dilakukan oleh kebanyakan orang.  Berkat keberanian dan kecerdasan Promotheus. Ia nekat mencuri lagi api matahari demi kehidupan manusia.  Lagi-lagi Zeus mengetahui perbuatannya itu. Lalu mengutus Epimetheus dan Pandora-wanita pertama yang dibuat Hefaistos, Ia sangat cantik dan sangat menggoda.  Mereka kemudian  menangkap sang Titan pelindung manusia dan dihukum. Ia diikat dengan rantai di sebuah tempat bernama  Kaukasia. Selama tiga puluh tahun lamanya ia disiksa. Setiap hari adalah menderita baginya. Hatinya dipatuk setiap hari oleh elang raksasa. Hingga pada suatu hari Promotheus dibantu oleh Chiro, manusia berbadan kuda, menyerahkan nyawanya sebagai tumbal untuk keselamatan Promoteus, sementara Herkules membunuh elang itu. Maka, Promotheus pun bebas dan bahagia.

 

Promotheus adalah makhluk yang mempunyai semangat membangun kecerdasan manusia. Pengorbanannya tidak hanya dengan menciptakan manusia tetapi juga melindungi dan bahkan sampai mengorbankan nyawanya demi kehidupan manusia. Di Indonesia dapatkah masyarakat menemukan semangat Promoteus ini? Jika dilihat lebih dalam mengenai sumpah pemuda di Indonesia pada tahun 1927 merupakan salah satu spirit menciptakan  keberanian. Ketika waktu itu Indonesia dijajah secara rodi oleh Belanda sampai berapa tahun lamanya, sementara itu Zeus menyiksa  Promotheus sampai 30 tahun lamanya hingga kawan-kawannya membantu mengeluarkan ia dari bukit batu itu. Maka gerakan sumpah pemuda juga merupakan suatu bentuk timbulnya kesadaran untuk berkorban dan menyatukan kesatuan di sana, sebab Indonesia berada pada keadaan yang menyakitkan.

Di Nusa Tenggara Timur ada dua pemuda kreatif yang kini dikenal sebagai aktor yang mempunyai semangat patriotik seperti Promoteus dan Sumpah Pemuda. Tapi dengan ciri khas mereka masing-masing. Dicki Senda dan Felix Nesi.

Dicky Senda adalah penggagas kelompok sosial Lakoat Kujawas yang bergerak dalam bidang kewirausahaan. Keberhasilan Dicky dalam memanfaatkan kearifan lokal orang-orang Mollo. Kehadirannya menjadi sebuah tanda lahirnya generasi pemuda unggul yang mampu merawat dan melestarikan salah satu kekayaan budaya di Indonesia yakni tenun ikat, makanan lokal dan narasi filosofi orang-orang Mollo. Keberaniannya menghidupkan semangat kaum muda dalam berkarya di tengah sumber daya alam yang begitu melimpah, menghantarkannya pada suatu kejayaan untuk meyakini publik bahwa orang-orang di  Timor Tengah Selatan berhasil membuktikan kalau budaya tak akan mati di tangan  mereka atau di tangan kaum kapitalis seperti para tentara Belanda dan Zeus. Hal ini ditandai dengan hadirnya Dicky setelah sekian lama tinggal di tanah Jawa lalu menemukan tekadnya untuk menghidupkan kembali warisan para leluhur. Ia menulis banyak buku tentang narasi histori seputar cerita rakyat di Timor seperti buku kumpulan cerpen Kanuku Leon, Haukamelan dan Tuan Kamlasi. Berangkat dari pengalaman bersastra, ia pun menghimpun anak muda Mollo untuk giat berliterasi.  Mereka menghidupkan kembali cerita-cerita rakyat di masa lampau yang kemudian diarsibkan sebagai bentuk merawat kembali dunia kesusastraan di wilayah Mollo. Tak hanya itu, Dicky mencoba memberdayakan kearifan tenun ikat orang-orang di Mollo agar tak punah di tangan generasi terdahulu.  Hasilnya kini anak-anak muda di Mollo kian hari kian menggemari lokalitas budaya mereka mulai dari mengenal filsofi budaya mereka sampai melatih mereka untuk kreatif menghidupkan kembali tenun ikat dan makanan lokal asli Mollo seperti sambal ut’luat, jagung katemak, jagung bose, ubi rebus dan lain sebagainya.

Felix K. Nesi sastrawan asal Nusa Tenggara Timur, baru-baru ini menerima Penghargaan Sastra dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada tanggal 28 Oktober 2021 bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Berkat keberhasilannya dalam menulis Novel berjudul Orang-orang Oetimu. Sekilas isi Novel ini mengangkat tema seputar sosial kebudayaan di Timor Barat, situasi wilayah perbatasan dengan Negara Timor Leste. Selain menjadi penulis, Felix juga gemar merawat harta penting budaya Timor, terkhusus di  wilayah Insana. Harta itu  terkenal dengan sebutan Tua Kolo, sejenis minum keras dari pohon lontar dan pohon enau yang disuling menjadi tetesan air dan air itulah yang menjadi minuman tradisional orang Timor umumnya. Untuk merawat kearifan lokal itu Felix menginspirasi orang-orang muda untuk merawat harta kekayaan orang Insana. Felix tak sekedar membuat minuman keras yang terkenal membikin mabuk. Tetapi  ia mengedukasikan kaum muda untuk bisa mencari uang lewat bahan lokal yang sudah disediakan ibu bumi. Di sisi lain sastrawan ini mencoba untuk menghidupkan selalu filosofi sopi yang hidup di masyarakat Insana sebagai minuman adat, minuman persaudaraan dan penghayatan citra khas leluhur orang Insana.

Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1927 tak hanya sebatas kata-kata saja, tetapi di sana terdapat pijaran api yang membakar semangat patriotrik demi kemerdekaan dan kejayaan bangsa. Promotheus dengan sangat cerdas, berani menciptakan manusia dan merawatnya. Sementara Senda dan Nesi masing-masing menemukan api di mata daerahnya. Bisa dikatakan jika api adalah lambang kehormatan para dewa, maka Felix, Dicky dan Promotheus pula menyakini bahwa nyala api itu adalah suatu perlambangan Passion untuk menghidupkan yang telah dihidupi.

 

Posting Komentar

0 Komentar