pixabay.com |
Secangkir Kopi Cerenti
Secangkir kopi itu
Membuka pintu khayal
Menyalakan mesin-mesin imajinasi
Menghidupkan kembali kosakata yang mati
Menggulirkan Inspirasi tiada henti
Kopi Cerenti
Kau suguhkan pagi itu
Membuat aku terjaga dari malam sampai pagi
Mataku seolah tak bisa merasa ngantuk
Walau telah kucoba pejamkan mata
Cerita
Diksi
Bait
Syair
Puisi
Bergentayangan di kepala
Membuka pintu khayal
Menyalakan mesin-mesin imajinasi
Menghidupkan kembali kosakata yang mati
Menggulirkan Inspirasi tiada henti
Kopi Cerenti
Kau suguhkan pagi itu
Membuat aku terjaga dari malam sampai pagi
Mataku seolah tak bisa merasa ngantuk
Walau telah kucoba pejamkan mata
Cerita
Diksi
Bait
Syair
Puisi
Bergentayangan di kepala
Kulim, 12 November 2022
Baca juga:
Masa Mungil Kurang Bahagia
Teringat
Setelah persusuan usai
Aku tak lagi bergelayut di ketiak emak
Aku seolah di lepas bak binatang buas
Melalang buana memeras keringat di perbudak waktu
Tak ingat
Apakah ada kawan sepermainan?
Hanya jelajah hari
Pulang tak menentu
Mengutip air
Mencari tanah
Membakar diri
Bekerja keras demi keping rupiah
Tak peduli darah di kaki besok aku pergi lagi
Setelah persusuan usai
Aku tak lagi bergelayut di ketiak emak
Aku seolah di lepas bak binatang buas
Melalang buana memeras keringat di perbudak waktu
Tak ingat
Apakah ada kawan sepermainan?
Hanya jelajah hari
Pulang tak menentu
Mengutip air
Mencari tanah
Membakar diri
Bekerja keras demi keping rupiah
Tak peduli darah di kaki besok aku pergi lagi
Kulim, 12 November 2022
Menjadi Ayah untuk Ayah
Ayah
Sungguh luarbiasa
Kaulah pahlawan hati kami
Kau berjuang hingga tetes darah
Percikan jasamu tak terganti oleh balas budi
Bakti tak mampu membalas curahan kasih di sanubari
Berkat riwayat garis tanganmu aku menjadi masyur di negeri
Tanpa campur tangan hebat aku bukanlah siapa-siapa
Aku akan meneruskan perjuangan menjadi ayah
Melahirkan anak cucu membanggakan
Mengukir perjuangan ayah
Mencetak prestasi
Percayalah
Ayah
Sungguh luarbiasa
Kaulah pahlawan hati kami
Kau berjuang hingga tetes darah
Percikan jasamu tak terganti oleh balas budi
Bakti tak mampu membalas curahan kasih di sanubari
Berkat riwayat garis tanganmu aku menjadi masyur di negeri
Tanpa campur tangan hebat aku bukanlah siapa-siapa
Aku akan meneruskan perjuangan menjadi ayah
Melahirkan anak cucu membanggakan
Mengukir perjuangan ayah
Mencetak prestasi
Percayalah
Ayah
__________________________________
Tentang penulis
Muhamad Sholeh lahir di Sialang Panjang, 04 Desember 1995. Beralamat di Pekanbaru, Jl. Mekar Perumahan Permata Surya Regency Blok G4. Saat ini berkerja di PT Nestle Indonesia sebagai Medical Nutrition. Memiliki hobby Traveling, membaca dan menulis. Fokus saat ini Menulis, bekerja dan menjadi Kepala Keluarga yang baik. Saat ini aktif dalam Komunitas Literasi Competer Indonesia sejak 2016 sampai sekarang, berperan aktif membawa nama Competer dalam kegiatan Hari Puisi, kerap bergabung bersama teman2 Competer Sejak 2016 (Kenduri Puisi, Peringatan Hari Puisi, Ultah Competer) dll. Masuk dan aktif menulis dalam komunitas Ruang Kata. Puisi-puisi Muhammad Sholeh terbit di media online seperti: Reaksi Expres,Jurnal Tinta, bambangkariyawan.blogspot.com, tirastimes.com, tintalayarmenyala.blogspot.com,ngebutkata.wordpress.com; sosial Media IG: Asqa Imagination School, IG: Komunitas Kembang Rampai Bali, IG: gerimis30hari. Puisi-puisi juga di muat dalam IG dan Facebook pribadi: @mhdshaleh. Puisi juga terbit dalam Media cetak seperti Kumpulan puisi Pelangi di Teras Juni. Sudah memiliki 2 buku Antologi Puisi dari Elluner Publisher.
0 Komentar