pixabay.com |
SANG
PEMIMPI
Terik
bagaskara membakar tapak kaki ku yang mungil
Tubuh
ku yang lemah dan dekil, melangkah diiringi
cacian dan hinaan
Tertusuk
duri, meringis kesakitan adalah hal biasa dalam hidupku
Namun
Anala tetap berkobar dalam jiwa penuh semangat.
Langkah
demi langkah ku lalui, dengan ikhlas dan lapang dada
Menuju
tujuan yang tak terarah, mencari belas kasihan tak kuharapkan
Rasa
lapar dan dahaga sudah menjadi teman karibku
Rasa
lelah, letih, tak dapat menggohaykan
hasrat tuk meraih impianku.
Tak
terhitung berapa kali aku mengeluh, berapa kali aku tersungkur
Namun berusaha bangkit adalah cara terbaiku untuk mendaki
Ancala
Berdiri
dengan tegar menatap langit
Sembari
memejamkan mata, berdoa pada yang maha kuasa.
Ku
belajar seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk
Makin
Berilmu Makin Rendah hati hingga sampai mati
Ku
tetap Berjuang hingga ambu kesuksesan tercium sampai lubang hidung
Hingga
ku raih Impian yang tergantung di Nabastala.
KERTAS
Menyimpan
curahan dalam tulisan
Entah
dari isi hati atau basa basi
Kadang
kala jadi Merpati yang suci
Terbang dari kepalaku menuju matamu.
Kadang
juga menjadi mainan
Atau
pesawat yang terbang
Hanya
menggapai langit langit kelas
Berisikan cita cita seorang anak kecil
Apapun
jadinya
Bagaimanapun
isinya
Kertas
adalah Tabulah rasa.
SAHABAT LAMA
Senyap jika tak gaduh
Sebab kita tak beradu
Pekikan bahagia, hirap tak berbekas
Tinggalkan kisah, demi cita cita
Canda tawa kini tak bernyawa
Duka lara berujung mara
Rindu sahabat pergi berabad abad
Kini tak tahu di mana berada
Masih terlukis di benak
Bayangan masa lalu, tak pernah berlalu
Menggali ingatan tuk menampik sunyi
Rasa Gunduh
berujung Sendu
Di mana kau
sahabat lama
Sepiring nasi putih
jadi cerita lama
Berbagi asrar kita bersama
Satu untuk semua soal biasa
0 Komentar