Pixabay.com |
PUNCAK ACROPOLIS
Suatu kala nafiri mengutip
angin menerbangkan kisah//
poseidon mencacah lautan
riak ombak menyara rindu, resah
"Ini malam penghabisan," kataku.
Seperti pahit sengaja digulirkan di antara kemurahan menggeliat kesempitan, menempuh bukit selangkangan
bergerak menuliskan kerinduan.
Puncak acropolis
perjalanan keluar tubuh–
setengah mencari orgasme
dalam keperihan,
kepingan hamparan tak berdaya
menakar akal
terus menggeliat,
menari
napasmu,
eranganmu selalu kupuja.
Cerita beralih menjadi sepi
selayaknya pinggul
dan buah zakar
menghadapi taifun gelombang pasang
surut hasrat,
sebab aku musafir sedang
mencari
tempat teduh.
Seketika menanjak ah! jancuk!
kuikuti umpatan– mirip Sujiwo Tejo Presiden Jancukers.
Letihku terkulai lemah,
bulan meleleh di dahi
ejakulasi dini membentang di hadapanku, kembali membelenggu
oh! aku gagal lagi! gagal lagi!
Jakarta, 08 Juli 2022
PRIYAYI
Lelaki berkulit hitam termenung
waktu semakin dekat, bayangan muram tercermin
mendesak; terdesak.
Hanya debu aspal
sisa keramaian, gemerlap
lampu-lampu kota, menunggu kabar seseorang
dari aplikasi hijau ke aplikasi hijau.
Semua centang satu,
kesepian semakin menelisik
guratan malang.
Di antara larik-larik
puisi ini kukasihi kau
seperti hamba Tuhan.
Jakarta, 15 November 2022
Baca juga:
_______________________
Tentang penulis
Aludra Rumaisha merupakan gadis kelahiran 2002 berdomisili di DKI Jakarta. Lulusan sarjana teknik sipil ini sedang menjalani kuliah di FKIP salah satu universitas negeri di Jakarta. Hobi menulis yang ia tekuni akhirnya membuahkan beberapa buku novel dan 10 antologi puisi. Karyanya juga dimuat di beberapa media seperti lorongkata, semesta seni, sastra bhirawa, blog kepul, flp Riau, ngebutkata, jurnaltinta dan lainnya. Saat ini dia aktif di beberapa komunitas kepenulisan di antaranya KOPIP (Komunitas Penikmat Puisi sebagai admin), KPB (Kelas Puisi Bekasi), COMPETER (Community Pena Terbang) INDONESIA dll. Penulis bisa dihubungi melalui akun FB: Aludra Rumaisha, IG: @ aludra.rumaisha.7965.
0 Komentar