PUISI AMELIA PRISCILLWATI-DAGING SEI KUPANG

Gambar Pixabay. Com


Catatan Pendaki 1

Gunung Buthak

2868 Mdpl

 

Irama desir angin di sabanamu mengiringi tarian edelweis.

Ilalang mengurai cerita tentang keringat, airmata, luka juga cinta.


Di pepohonanmu yang menjulang, aku tengadah.

Lalu, telapak tanganku merangkum ribuan mimpi, ribuan rindu.


Pada samudera awanmu yang membentang luas, aku bertanya,

"Mengapa penuh itu kosong?"

"Mengapa sepi itu sempurna?"


Batu, 10 Juni 2022


Catatan Pendaki 2


Gunung Lawu

3265 mdpl


Merdu suara jalak di ranting pepohonan purba.

Senandung derai cemara berkisah 

tentang ribuan jejak pendakian, bulir keharuan juga gelembung kerinduan.


Dari setapak demi setapak,

menempuh jalur ke jalur,

selalu ada yang tersisa, ada yang tertinggal.


Di bentangan sabana Bulak Peperangan,

di antara jurang Geger Boyo,

Hingar-bingar menggema,

"Jarak terlipat dalam kata dan kita."


Batu, 11 Juni 2022


Daging Sei Kupang

Kepada : Fredrik Makitan


Aroma daging sei mengoyak sepi.

Rekaman bayang-bayang kampung halaman mengisi angan-angan.


Rona warna sambal luat serupa sebuah jembatan.

Untuk rindu menyeberangi memori.

Bagi kenangan menuju cerita lalu.


Serat-serat daging sei terus mengoyang lidah.

Bersenandung riang lagu jiwa.

"Jarak adalah perasaan yang belum terlipat."


Batu, 17 Juni 2022


Nasi Goreng Jawa

Untuk: Lukas Mariano dan Febe Fedora Christy


Bulir-bulir nasi goreng jawa mengisi kekosongan jiwa.

Tersuap sendok demi sendok.

Terbuka pula lembar ke lembar kisah suka juga duka pada lipatan asa.


Dimulai dari cerita asmara seragam abu-abu putih hingga nyanyian riang putri kecil berambut ikal.


Aroma bawang dan terasi pun terus menyala.

Bagai garis hati yang tak putus.

Biarlah temali ini terikat sampai nanti.

Hingga sepi pun tak mampu menepi.


Batu, 19 Juni 2022


Di Alun-Alun

Sunyi tergelincir di bangku-bangku taman, 

air mancur dan roda bianglala.


Kerlap kerlip lampu serupa nyawa kota. 

Menyala rona kenangan serta hasrat kalbu.


Di trotoar, rindu menggelinding, berputar lalu menetap

sebagai cinta juga luka.


Batu, 5 Juni 2022

__________________________

Tentang Penulis

Amelia Priscillwati adalah seorang penerjemah dan pengajar bahasa. Saat ini menetap di Kota Batu Jawa Timur. Sedang bergiat di beberapa komunitas menulis yaitu Competer, Huma,AIS, Kelas Puisi Bekasi dan Kepul. Adapun puisinya dapat dijumpai di IG @amel_mariono

Posting Komentar

0 Komentar