ULASAN SASTRA KARYA MUHAMMAD LUTFI-SASTRA FUTURISTIK

 

Gambar pixabay.com

Sastra Futuristik

 Mengutip dari Cambridge Dictionary, futuristik merupakan sebuah konsep, hal yang aneh, modern, dan dibayangkan dari waktu yang akan datang di masa depan. Membahas tentang masa depan, tentu segala sesuatu hal yang aneh dan belum pernah ditemui itulah gambaran tentang masa depan. Sekarang manusia hidup sudah mampu menciptakan kecerdasan buatan dalam balutan teknologi yang disebut hp. Menyimpan memori tugas, pengingat waktu, dan mengabadikan momen. Hp akan semakin canggih lagi tentunya, misal bisa digerakkan dengan suara, dengan sensor, kemudian memunculkan layar visioner di depan mata seperti ppt.

Itu semua muncul dari berbagai ragam catatan-catatan, kisah-kisah fiksi, dan gambaran tentang masa depan yang serba teknologi. Kemunculan NASA yang merupakan megaproyeknya negeri Paman Sam, diilhami oleh dua novel karya Jules Verne yang mengisahkan perjalanan manusia ke Bulan dan pusat Bumi. Penemuan roket atau liquid-fuelled rocket oleh Robert H. Goddard, juga diinspirasi dari novel karangan H.G. Wells, War of the World (1898). Penemuan teknologi sensor gerak pada perangkat Microsoft Kinnect, juga didahului oleh munculnya film A Space Odyssey karya Stanley Kubricks yang tayang pada 1968. Dan masih banyak lagi lainnya. Itu semua terlahir dari sastra yang menceritakan inovasi tentang masa depan untuk mencapai kehidupan yang canggih dan berteknologi sehingga manusia mencapai apa yang bisa diwujudkan dalam masa depan. Segala hal yang tidak masuk akal segalanya serba diwujudkan dan dicapai dengan ilmiah.

Berbicara sastra, tidak melulu soal estetika, etika, dan nilai-nilai moral. Seperti disampaikan Prof. Dr. Suwardi Endraswara, saat hadir dalam Webinar dan Pelantikan Pengurus HISKI Pantura dengan tema Masa Depan Sastra dan Pendidikan Sastra di Era Poshuman yang dituanrumahi oleh Universitas Pekalongan dan Universitas Panca Sakti Tegal, Kamis (18 Maret 2021). Ia juga mengemukakan, membaca sastra mesti dilakukan secara meluas dan berkembang. Tidak hanya mengikuti laju perkembangan zaman, akan tetapi mestinya mampu bergerak lincah menerobos celah-celah zaman.

Manusia yang mempunyai daya pikir jenius dan menatap masa depan dengan tatapan modernitas teknologi dan kecanggihan teknologi dalam memudahkan pekerjaan manusia inilah, yang mampu menggerakkan bumi yang maju, aman, dan bersih agar menjadi kehidupan yang damai bagi umat manusia, yang disebut dengan. Istilah posthumanisme dalam sastra. Pascamanusia (posthuman) adalah suatu konsep yang berasal dari bidang fiksi ilmiah, futurologi, dan seni kontemporer, atau filsafat yang mendiskusikan entitas yang lahir ketika manusia menggabungkan dirinya dengan teknologi yang merupakan ciptaan manusia. Berawal dari manusia yang berhasil menggabungkan sastra dan masa depan untuk mewujudkan dan menggagas lahirnya teknologi yang serba guna dalam kehidupan manusia, maka posthuman akan menjadi dasar dari lahirnya manusia yang unggul dalam membuka jalan futuristik.

Misal, dalam film Doraemon, yang menggambarkan tentang kucing masa depan, yang bisa menolong novita yang lemah dengan mengeluarkan alat-alat masa depannya yang hebat dan serba guna. Kucing itu juga dapat berbicara dan berjalan seperti manusia, bahkan bisa makan makanan manusia juga. Doraemon adalah kucing robot yang diciptakan oleh seorang ilmuwan di masa depan. Bahkan digambarkan, mesin lorong waktu, mobil terbang, dan karpet terbang adalah hasil teknologi buatan manusia di masa depan yang memudahkan manusia untuk memperbaiki kehidupan dan memudahkan kehidupan manusia yang lemah, terbatas, dan memakai emosional.

Itu semua berasal dari inovasi. Inovasi adalah roh bagi sastra. Didukung daya imajinasi yang tidak terkurung oleh kehendak zaman, sastra memiliki potensi besar untuk melesat dan tumbuh mendahului zaman. Pemikiran poshumanistik atau poshumaniologi mestinya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku sastra, baik guru/dosen, pelajar/mahasiswa, pegiat sastra, dan komunitas sastra untuk lebih berdaya.

Sebuah buku catatan penjelajahan fiksi, Gulliver’s Travels yang terbit 300 tahun mengisahkan sebuah kota yang melayang di udara, di atas sebuah pulau kecil di Asia-Pasifik. Gambaran itu menginspirasi Singapura untuk mengembangkan tata kota negeri singa tersebut. Singapura di masa depan mengapung ditarik oleh balon hidrogen. Perancangan tata kota ini ditujukan untuk menghindari kenaikan permukaan laut oleh perubahan iklim.

Sastra futuristik, berperan dalam mewujudkan ide-ide impian untuk menjadikan gambaran tentang kehidupan manusia di masa depan. Dengan sastra futuristik inilah, konsep rasionalitas umat manusia dan sastra dapat menjadi dasar dari segala hal yang akan dilakukan dan landasan manusia dalam mewujudkan dunia neofuturistik melalui teknologi kecerdasan buatan. Misal, kita mau mewujudkan Indonesia ini seperti apa kota Indonesia dan kehidupan manusia nanti, kita cari hal masalah yang perlu dihilangkan dan gagasan yang perlu untuk merubah semua itu melalui karya sastra.

 

2022

____________________________

 Tentang Penulis

Muhammad Lutfi lahir di Indonesia. Bekerja di Komunitas Rumput Sastra. Buku: Senja, Berlayar , Bunga dalam Air.

 

 

Posting Komentar

0 Komentar