PUISI CHRISTYA DEWI EKA-DOA SEPTEMBER

 

Gambar pixabay.com

DI MIMPIMU, AKAN KUBANGUN TAMAN BUNGA

: Riessa Muljanto

 

Blue,

apa warna harimu saat ini?

Bukankah purnama,

seharusnya tidak sehitam kemarin,

bersabarlah sebentar lagi,

beberapa jam kemudian,

turun hujan warna-warni,

tingkap langit terbuka,

sekelompok peri menumpahkan sumba ceria di atas bunga-bunga,

kau pasti bahagia,

pelangi membusur di taman,

segala sakit akibat cerebral palsy tanggal di bantal

 

Kau terkesan pada kotbah minggu lalu,

sebuah sejarah perjalanan sang pembawa kabar baik,

“Pada mulanya adalah Firman;

Firman itu bersama-sama dengan Allah;

Firman itu adalah Allah.”*

 

Hari ini kau semakin tercengang,

mendengar peri-peri berceloteh,

sebuah kutipan pujangga terkenal,

“Sebermula adalah kata;

baru perjalanan dari kota ke kota.”**

 

Bermainlah dengan kata-kata,

sebagaimana Firman tumbuh di tanah subur,

sebagaimana kata-kata menjelma kota-kota,

isi kepalamu menjelma metropolitan,

dan kau kewalahan mengakhiri permainan

 

Ini kuserahkan sejuntai tali,

tariklah,

lemparkan ke langit timur,

kata-kata akan turun,

menghujanimu,

lalu kau sibuk merangkai sebuket kembang,

dari diksi yang terserak

 

Kemudian,

merebahlah,

akan kubangun sebuah taman bunga untukmu,

tak besar,

hanya cukup ditumbuhi tujuh-delapan-sembilan-sepuluh puisi,

tentang cinta,

tentang perjuangan hidup,

tentang doa yang belum didengar,

tentang hati yang kebal caci-maki,

tentang pohon yang hampir mati

 

Inilah roti,

yang mengenyangkan perutmu,

inilah puisi,

yang mengenyangkan jiwamu

 

Semarang, 26 Agustus 2022

 

Catatan:

*kutipan Alkitab Yohanes 1: 1

**kutipan puisi Dalam Bus karya Sapardi Djoko Damono,

 

MEMBELI GERIMIS

: Rusti Arnii

Di pucuk-pucuk pohon gossypium,*

engkau sembunyi,

menebalkan cangkang,

enggan melihat senja,

kau luka

 

Aku tahu,

seperti kapas,

engkau terlalu lembut,

sedangkan mereka mengasah belati saban hari,

meski tak mati,

kapas itu terkulai,

lemah

 

Jika gerimis,

alangkah baik,

bau tanah memanggilmu keluar persembunyian,

engkau girang,

menjinjing sandal,

dan berkecipak dengan ikan-ikan kecil,

dengan kaki telanjang

 

Bila angin meniup awan hingga tak jadi hujan,

kusarankan padamu,

belilah gerimis sedikit saja,

berikan cangkangmu pada kelomang kecil,

dan,

mari berdansa di atas partitur,

tak apa sedikit basah,

dari sanalah kau bisa mencipta puisi,

lebih romantis daripada rayuan kekasih

 

Bekasi, 15 September 2022 

 

Catatan:

Kutipan puisi Kisah Kapas karya Rusti Arnii, Februari 2021


DOA SEPTEMBER

: Iis Singgih

 

Benar kata orang,

malam adalah tempat paling aman menyimpan rahasia,

hujan adalah tempat paling tepat menyimpan kenangan,

dan dadamu adalah tempat paling tenang menyimpan cinta,

jadi ketika hujan September mengguyur bumi,

niscaya tak kalah tabah daripada hujan Juni

 

Segenap air mata aku larung hingga memusar, meninggi, lalu melangit,

kemudian menciptakan doa-doa selaksa kebaikan:

       kita tanpa jeda

       ---berbisik-bisik mengolah mimpi

       ---di gulita yang belum berujung

 

Bekasi, 9 September 2022

 

Baca Juga: MENGENANG IBU

 ___________________________

Tentang Penulis

Christya Dewi Eka, lahir di Jakarta, sekarang berdomisili di Bekasi bersama 7 buah hatinya, lulusan Fakultas Sastra Indonesia Undip Semarang tahun 2003. Beberapa karyanya dimuat di antaranya dalam antologi puisi Titimangsa Lahirnya Peradaban Bangsa (Komunitas Lingkar Betawi, 2022), Wasiat Botinglangi (Rumah Pare-Pare, 2022), Amor en Navidad (Sasami Asih, 2022), Angkatan Milenial Mengenang Sang Penjaga Sastra H. B. Jassin (Dapur Sastra Jakarta, 2022), Lima Titik Nol Masyarakat Cerdas dalam Puisi (Jagat Sastra Milenia, 2022), media digital Barisan.co (2022), Umakaladanews (2022), Semesta Seni (2022), Elipsis (2022), media Harian Nusa Bali (2021), Radar Pekalongan (2021), Maarif NU Jateng (2021), dan lain-lain. Email: christyadewieka@gmail.comFacebook: Christya Dewi Eka. Instagram: @christyadewieka2020. WA: 088239408965

 

Posting Komentar

0 Komentar