PUISI ARIS SETIYANTO-MENJILAT PANTAT

 

Gambar Pixabay.com

Semanggi Bawah

 

aku ingin pulang, tapi

seluruh jalan di seputar lorong

sesatkan hati

 

benarkah katamu? benarkah

dua bola matamu

coba tatap aku dalam sekat-sekat udara

 

aku tersenyum kepadamu namun

aku tak terbit sama sekali

ini tentangmu

 

dari belakang waktu memburu

bagai mentari merengkuh pekat dunia

seerat kata.


Serumpun Mendung

 

serumpun mendung

masa depan adalah rencana

kau tak pikir aku

berapa banyak yang membenci

 

apakah ini milikmu?

 

terbingung pun tak boleh

nafas tercekat dan

esok tahun akan berulang

dekap aku sekali saja.


Baca Juga: Ulasan: Sastra Futuristik


Lebih Dari Dimensi

 

uang bukan masalah

atas selamatmu

sungguh pahit

 

jatuh dari perutmu sendiri

menekan batu pasir hitam

dan berjalan kembali.


Dilema

 

telah habis

—telah mati

aku pun dilema

 

kau coba lumpuhkan hati

waktu yang mengejar

berlari,

tak mengubah apapun.

 

Seluruh Orang dan Kebebasan

 

kau tak lihat aku

terbit tanya

demi kebesaran yang dekap aku

 

aku marah

salam tangan

padahal telah aku

luapan rasa

sesal dari hidup yang kesal

karenamu

seluruh orang, kebebasan.


Baca Juga: Puisi: Rintihan Orang-Orang


Jam Pulang Kantor

 

bahkan, kau tak mafhum

kereta itu melindas hati

saban orang kau kenal

di simpang Cililitan

senja kekuningan

mentari di ujung

dan jatuh.


Palung Terdalam Dari Rasa

 

tuntun aku menuju palung terdalam

dari rasa

aku hanya ingin melayari dada segara

aku butuh dua pulau kecil

tempatku istirah juga berserah

kupasrahkan tubuhku

biar gelombang membawaku

pada surga

atau kesakitan dalam kematian.


Jatuh

 

jatuh, jatuhlah ke dadaku, Bapak

saat pelantang menggonggong,

kau selalu butuh, bukan

liang untuk bersarang

untuk kemudian meninggalkan

telah lama tak senggama

hingga tubuhmu benderang

dari bawah sini.

 


Menjilat Pantat

 

sejak dahulu

tak demi siapapun

bahkan buah hati

lima tahun lalu

wanita dalam pelukan

kini hanya lelaki.


____________________

Tentang Penulis

Aris Setiyanto lahir 12 Juni 1996. Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Karyanya termuat di; Koran Purworejo, Koran BMR FOX, Harian Sinar Indonesia Baru, Radar Pekalongan, Harian Bhirawa, Bangka Pos, Radar Madiun, Harian Nusa Bali, Harian Waspada dll.

 


Posting Komentar

0 Komentar