Gambar Pixabay.com |
Thoriqoh Menjamu
waalaikumussalam kuucapkan padamu
bagimu kupersembahkan singgasana rumahku
duduklah di tempat yang paling kau suka
hari ini dirimu raja
untukmu kusuguhkan gunungan to’am
sungai minuman
kambing guling
buah belimbing
es krim
makan saja semua yang kau suka
karena hari ini diriku hamba
Sumenep, 24 Mei 2022
Mata Habil
saat itu langit mencatat batu
sebagai muasal lahirnya sejarah pembunuhan
lewat tangan Qabil yang baja
meneteslah darah Habil
jatuh ke bumi sebagai luka
bumi meringis
langit menangis
waktu saat itu berhenti berdetak
seakan memberi masa untuk menghayati sejenak
kekalahan seorang insan
terhadap nafsu yang beranak pinak di benak
Sumenep, 25 Mei 2022
Mitos Sore Hari
di dalam kamar
kita sama-sama terjaga
menggambar-gambar angan di antara sawang-sawang kamar
dan meratapi masa lalu
yang serupa got penuh sampah dan limbah
kita sepakat bahwa kita tidak akan terpejam
dan memasuki dunia baru yang penuh fantasi
berjalan di jalanan yang pinggirannya pohon gulali
berenang di lautan dan berbicara pada ikan pari
atau terbang ke tujuh lapis samawi
kita telah sepakat untuk menolak segala mimpi
sebab ketika ashar usai
setan-setan kan datang gentayang, menghampiri
mengajak ruh kita bersenang-senang dan berlari
pergi dari dunia yang fana ini
dan diam-diam dia akan kembali
tubuh kita akan dikuasai
lalu dijadikannya koloni
Sumenep, 25 Mei 2022
Sejarah Kuburan
langit sedang tersedu
saat diam-diam dikirimkannya sepasang gagak
untuk saling berjudi;
siapa yang bisa membunuh pertama kali
di depan mata Qabil yang bara api
maka, kedua gagak itu saling cakar
saling patuk
saling membenturkan tubuh
saat itu, tiada yang tahu
perseteruan macam apa yang terjadi
di antara keduanya
barangkali perseteruan itu adalah rekayasa
yang dikendalikan tangan tak kasat mata
ketika telah jasad salah satunya
gagak yang masih hidup menggali-gali tanah
lalu dikuburkannya gagak yang telah jadi jenazah
seakan hendak menjelaskan pada Qabil
bagaiamana seharusnya tubuh kembali bersua dengan tanah
sebab dahulu sekali
daging dengan tanah adalah keluarga
Sumenep, 25 Mei 2022
*Catatan: Puisi ini pernah terbit di Duniasantri.co
Fathurrozi Nuril Furqon, lahir di Sumenep pada
tanggal 01 Agustus 2002. Alumnus TMI Al-Amien Prenduan 2021, salah satu pembina
SSA (Sanggar Sastra Al-Amien). Saat ini sedang melanjutkan pendidikan di IDIA
(Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien), sembari mengabdikan diri di TMI Al-Amien
Prenduan. Bisa dihubungi melalui WA; 081331106537, email; ozijenius02@gmail.com, ig; @zeal0108.
0 Komentar