Sudah saatnya tuk berdiri di tempat yang mustajab, untuk mendapat ridho sang kyai. Kitab kuning dan pena kecil menjadi saksi. Mengharap perigi kesuksesan, dan Menerobos Bagaskara esok yang cerah. (Farikha Annastasya)
Gambar: Pixabay.com |
Lamunan Hampa
Sosok eyang menari di benakku.
Aku duduk dalam kesedihan.
Termenung dalam iringan angin duka.
Mengingat berjuta-juta kenangan.
Saat kau pejamkan mata tuk selamanya.
Kasur beralas tanah, terbalut kain putih.
Iringan orang-orang yang mengantarkan, hanya diam dan berdo'a.
Mungkin kau sudah tersenyum sumringah.
Menikmati indahnya tanah surga agung.
Semua penghuni sudah menunggu.
Selamat jalan eyang, sahabat dalam mimpiku.
Pasuruan, 16 Mei 2022
Vellictor Esok
Satu bulan telah kulewati bersama.
Terasa begitu lembut kasih sayangnya.
Tawa gundah bersama keluarga kecil.
Mengiringi semburat rindu sejenak.
Kini aku harus meninggalkan mereka.
Tuk pergi melangkahkan garda ke depan.
Melingkari nasib menjadi wanita berbakti.
Menuju penjara suci yang agung.
Sudah saatnya tuk berdiri
Di tempat yang mustajab, untuk mendapat ridho sang kyai.
Kitab kuning dan pena kecil menjadi saksi.
Mengharap perigi kesuksesan, dan Menerobos Bagaskara esok yang cerah.
Pasuruan, 19 Mei 2022
Farikha Annastasya adalah perempuan yang lahir di Pasuruan, Jawa timur.
Penulis merupakan siswi SMA di MA Nurul Hidayah 2, dan pernah mengikuti kelas online di AIS (asqa imajination school), yang di mentori oleh Muhammad Asqalani Eneste. Selain itu dia juga pernah mengikuti olimpiade IPA di SMA Modern Al-Rifai'ie 2.dan mengikuti lomba kaligrafi. IG: farikha.nstasya.
0 Komentar