Surau di Lereng Bukit

Puisi|| Mohammad Iskandar

Pixabay.com.


Undian

lakon hidup

semacam permainan semula

antara awal dan akhir

tak tentu nasib waktu

uji diri

sakit dan pahit

hanya semacam drama

untuk merengkuh lakon lain

berisi manis dan ceria


kita;

pion-pion di bidak catur

dimainkan pelakon

berfikir keras, mengatur siasat,

guna memenangi waktu

di hulu dan muara kalbu

kebaikan menyinar selalu

teguhkanlah! 


dari pintu dan jendela

ada sebuah cahaya

kalut dan carut peristiwa

menjadi bekal bermain drama


kita:;

cerita sebatang kara


Pandean, 24 Oktober 2021


Candi Mendut

tumpukan batu 

menggigil di ratusan musim

sebuah drama kesedihan

menjadi jarak bermula

kasih putus

di ujung ajal

dua pecinta sentosa

di khayangan maha luas


2006-2021

Surau di Lereng Bukit

: Sul


belum kekal pertemuan

pada lantun azan dan ayat suci

udara mengajak kita

ke rahim pengelanaan


kali bening

air jernih untuk berwudhu

cermin kecil bagi diri

sejauh mana pertaubatan ini

atau pertautan tak memberi arti?


sepi jiwa

sepi luka

di antara suara katak, jangkrik, angin semilir, lirih zikir ini terbangkah ke langit? 


2002-2021


Biodata

Mohammad Iskandar

Lelaki penulis puisi kelahiran Demak, suka cuci mata dengan pemandangan, menyukai biru dan menggemari roti marie, mengelola Kelas Puisi Alit (KEPUL) dan Ruang Kata, buku puisinya Lelaki Utara (2020). Instagram: moissania, Facebook: Mohamad Iskandar.



Posting Komentar

3 Komentar

bukit nuris mengatakan…
Puisi yang keren, 👍👍👍👍👍⭐⭐⭐⭐⭐
TRI MULTI FITRIA mengatakan…
Mantap kk
Unknown mengatakan…
Puisi yang penuh kelembutan dan kerendahan hati. Sukaa