Dilema Penerapan Sistem Student Center Learning

 


      Student Center Learning (SCL) adalah suatu metode pembelajaran dimana mahasiswa-mahasiswi lebih berperan aktif dalam proses perkuliahan. Mahasiswa tidak lagi seperti dahulu yang pada saat proses perkuliahan hanya mendengarkan apa yang diajarkan oleh dosen tanpa mau mempelajari materi kuliah tersebut terlebih dahulu. Disini mahasiswa menjadi pasif, kurang berpartisipasi dalam proses perkuliahan. Dapat dipertanyakan apakah arti dari diamnya mahasiswa. Apakah diam itu mencerminkan bahwa mereka telah memahami materi yang dipaparkan oleh dosen ataukah diam itu dikarenakan mereka tidak paham dan tidak ingin memahami lebih lanjut materi tersebut. Ini adalah suatu kebiasaan yang tidak boleh terus-menerus dibiarkan berlanjut. Mental-mental seperti itu tidak boleh dimiliki oleh generasi penerus bangsa. 

            Karena  itu di universitas-universitas mulai menerapkan prinsip SCL. Disini mahasiswa lebih berperan aktif, berdiskusi bersama teman-teman sekelas. Dosen hanya mengarahkan. Cara ini dianggap langkah yang ampuh karena akan meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa dan membuat mahasiswa lebih giat untuk belajar belajar. Namun dalam realitas metode ini tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 

        Ada dua kendala yang dihadapi dalam proses penerapan SCL ini.  Pertama, mental mahasiswa berada pada situasi yang mengkhawatirkan. Mental mahasiswa yang malas tahu, tidak suka mendalami materi, dan plagiarisme. Pada dasarnya mental itu sudah mendarah daging, susah untuk dirombak kebiasaan buruk itu. Penerapan SCL ini bisa dibilang tidak mudah. Diusia seperti ini, susah untuk menyingkirkan mental bobrok seperti itu. Alangkah baiknya memperbaiki merombak sistem belajar mengajar mulai dari Paud, TK, SD, SMP dan SMA. Karena kalau dasar mereka dari bawah sudah baik maka mudah untuk menerapkan metode pembelajaran SCL di universitas. 
Kedua, metode SCL ini sudah diterapkan dan itu tidak mengubah apa pun. Mahasiswa bukannya menjadi lebih aktif malah makin pasif. Penerapan metode SCL hanya  membuat yang pintar dan rasa ingin tahunya tinggi semakin berkembang sedangkan yang suka bermalas-malasan semakin malas. Apakah dosen membiarkan, entah mahasiswa itu mengerti atau tidak?

         Kalau hal ini terus dibiarkan, maka universitas hanya akan melahirkan sarjana-sarjana yang tidak berkualitas, tidak mampu bersaing di dunia kerja dan bahkan tidak mendapat pekerjaan nantinya. Hal ini dikarenakan dalam dunia kerja orang akan memilih orang-orang yang berkualitas. Maka sekarang terjawab sudah sebuah pertanyaan klasik, "Mengapa banyak sarjana yang nganggur?". Salah satu penyebabnya adalah sarjana itu tidak memiliki kompetensi sesuai gelar yang dia dapat. Hanya sekedar mempunyai gelar namun gelar tersebut hanya di atas kertas. 

____________________________________________
Penulis
Lidwina Rusmawati, Mahasiswi Program Studi Akuntansi di Universitas Nusa Nipa Maumere.






Posting Komentar

2 Komentar

Kepakkepikkata mengatakan…
'Dengan kata lain metode SCL hanya semakin menonjol kan mahasiswa yang berprestasi dan punya rasa ingin tahu yang tinggi sedangkan yang malas akan semakin tertinggal'. Namun sejauh ini metode SCL dilihat cukup memberi perubahan positif,. Perihal mahasiswa yang malas itu merupakan pilihan yang dibuat mahasiswa itu sendiri, kemalasan itu memang datang dari dalam dirinya. Sehingga yang bisa memusnahkan kemalasan dalam dirinya ya hanya dirinya sendiri.
Diri sendiri yang mampu merubah 'pribadi dan karakter nya'.
Jadi metode maupun lingkungan belajar yg sudah dibuat sedemikian rupa tidak akan berpengaruh signifikan terhadap karakter seseorang.
Itu pendapat q,,