Farisi

 Cerpen|| El_micky 

Farisi

Aku masih membaca surat yang aku terima dari temanku kemarin. Dalam tanda tanya aku mencoba menikmati surat yang aku terima  dari temanku itu. Senja yang manis kembali membius mataku untuk kembali merasakan ketenangan hatiku pasca keruntuhan suasana batin kemarin. Sesekali aku kembali menikmati setiap hembusan angin yang sangat menyejukkan. Di depan rumah tua itu aku mencoba menulis sajak indah untuk teman-temanku yang sudah lama aku tidak bertemu mereka. Semua perasaan hatiku tercurah dalam sajak-sajak rindu. Aku kaget ketika melihat dan membaca satu kalimat dalam surat yang temanku kirim kemarin. Waspada terhadapr ragi orang farisi….kemunafikan mereka lebih manis dari madu dan gula.  Kalimat ini tersontak sangat membagunkan kekelaman tentang dunia gelap kemarin. Entah mengapa temanku sampai menulis surat seperti itu pada akhir kalimat. Aku berpikir panjang tentang maksud kalimat dari temanku tersebut. Aku mengerti kalimat ini mungkin di modifikasi dari ayat- ayat kitab suci tentang Yesus mengecam orang- orang farisi.  Karena kalimat ini pernah di sampaikan oleh pastor paroki Romo Rian waktu kotbah kemarin. Aku masih ingat waktu itu Romo mengatakan bahwa orang farisi itu sangat munafik. Hindarilah kemunafikan mereka karena kata-kata mereka saperti  madu dan gula. Mereka sangat pandai mengumbar kata-kata manis padahal di dalam hati mereka busuk seperti jenazah yang satu  bulan tidak di makamkan. Hati-hati terhadap ragi orang farisi. Dan mungkin orang farisi itu bukan di timur tengah sana tapi dalam keseharian kita orang farisi itu mungkin ada di tengah kita atau mungkin terkadang mereka menyamar seperti serigala berbulu domba. Mungkin mereka paling dekat dengan kita. seperti  sahabat dekat dan akrab. Inilah beberapa pesan dari Romo Rian yang  masih aku ingat. 

***

  “Aku benci, benci , marah dan sangat marah. Ahh… temanku munafik sangat tinggi. Aku baru tahu sekarang dia seperti itu. Percuma. Dan hanya aku katakan percuma hilang kepercayaan. Aku tidak percaya kepada dia lagi. Teman kenapa kamu bersifat seperti itu. Sudah ku katakana teman harus jujur tetapi teman masih bermain kucing kaleng dariku. Ahh…. aku sangat kecewa. Hammm…. biarlah. Itu urusan teman. Maaf kalau selama ini aku sedikit mencampuri urusan teman. Aku sedikit mengekang teman. Biarlah itu urusan pribadimu semoga apa yang teman janjikan dan komitmenkan jangan dilanggar. Maaf kalau aku tidak bisa berkomunikasi lagi dengan teman. Aku tidak dendam tetapi aku belum siap. Itu saja yang aku harapkan. Aku tidak menyangka teman seperti itu. Tapi biarlah. Semoga perubahan bisa memmbuat teman mengerti tentang kembali. Aku tidak mau teman munafik. Aku 

tidak suka dan tidak senang bersahabat dengan orang munafik. Masih kecil aku pernah belajar untuk munafik tapi mama dan bapaku selalu menegur dan menasehatiku untuk tidak  munafik. Jadi bagiku ketika berhadapan dengan situasi kemunafikaan aku sangat benci dan marah. Tapi melalui teman juga aku belajar bahwa setiap orang memimiliki karakter dan sifat yang berbeda. Tapi untuk munafik aku tidak suka.  Aku mengatakam demikian karena temanku juga menjadi korban kemunafikkan temannya sendiri. Dan pengelaman itu menjadi batu sandungan dan menjadi  guru yang sangat memberikan aku arti tentang hidup.” Inilah curahan hati penuh kekecewaan dari teman aldo yang cukup kecewa berat terhadap temannya. Dia tidak menyangka dan tidak  bisa membayangkan kalau temannya yang selama ini dianggap baik ternyata munafik sangat tinggi. Tetapi baginya memendam amarah tidak bisa. Dia memang kecewa tetapi dia tidak mengubur dendam. Tapi bagi dia sendiri mengatakan dia tidak bisa untuk kembali bersahabat dengan temannya. Maksudnya anggap teman tapi biasa saja. “Semoga dari waktu ke waktu semua aku bisa mengerti. Ini urusan privasiku.”

***

Dan ketika aku membuka halaman sebelah baru aku mengerti bahwa temanku ada menulis pesan kepadaku tentang temanku yang dihianati dan menjadi korban kemunafikan dari  temannya sendiri. Dalam pesan itu temanku mengatakan untuk selalu berwaspada terhadap kemunafikkan orang farisi yang ada di sekitar kita. dan memang pesan dari Romo Rian dalam kotbahnya minggu lalu memang betul ragi orang farisi memang sangat licik. Lebih licik dari ular. Tapi menarik adalah bahwa Romo Rian mengatakan bahwa jangan membenci teman dan memendam teman meskipun dia berbuat salah  terhadap kita berdoa baginya. Supaya dia bertobat  dan kembali pada jalan yang benar. Kata-kata iman dari romo ini memang berat untuk dilaksanakam tapi bagiku melalui berbagai penyadaran aku akan berusaha. Belajar dari pengelaman teman dan pengelaman sendiri, aku menjadi sadar akan kelemahan dan kekurangan setiap orang. Beberapa hari kemudian setelah aku membaca surat curahan hati dari temanku, aku mengunjungi temanku dan memberikan dia penguatan. Aku bersama teman Aldo pergi ke rumahnya teman Ari untuk kembali memberikan semangat kepada teman Ari. Karena teman Ari sudah menceritakan pengelamannya kepada teman Aldo. Dan melalui surat dari teman Aldo aku jadi mengerti pergulatan batin dari teman Ari. Setiap orang mempunyai kisah hidup masing-masing, baik dan buruknya hidup patut selalu disyukuri. Memang amat berat untuk melupakan pengelaman pahit. Sebuah inspirasi batin tentang penyembuhan melalui pengampunan mengatakan demikian bahwa apa untungnya kamu jika memendam amarah. Siapa yang dirugikan. Biarlah semua berlalu. Jangan memendam amarah. Serahkan semuanya pada Tuhan. Tuhan akan selalu menerima kamu jika ada niat dan tindakan perubahan dalam hati. Doa saja tidak cukup tetapi harus direalisakan dan perbuatan dan tindakan. Temanmu sudah menghianatimu, temanmu sudah munafik biarlah jangan menghakimi dia sebab yang punya kuasa untuk menghakimi adalah Tuhan sendiri. Jangan bernusuh dengan dia. Biarlah dia bertobat. Tugas kamu adalah mendoakan dia supaya dia bisa kembali dan menyadari perbuatannya.  Mungkin itu saja yang romo bisa sampaikan. Inilah beberapa nasehat dari Romo Rian ketika suatu senja aku bertemu romo dan meminta pendapat dari romo  di pendopo pastoran.The End

---------------------------------------------------------

Penulis 

El Micky adalah nama pena dari Miki Moruk. Seorang mahasiswa STFK Ledalero yang kini sedang menabur kebaikan  di wisma Mikhael.






Posting Komentar

0 Komentar