Oleh: Sr. Ela Talan, SSpS ||Puisi
Di Balik Tirai Hati
ku katup tanganku,
setelah hujan awet merawat nanar
saat ingat terlalu lama padamu
menghanyutkanku ke lautan gelisah
Hatiku bersinonim dengan hatimu
Dalam nada cinta.
Tapi mengapa di balik
tirainya yang disibak olehmu
aku hanyalah malam merindu bulan, sia-sia.
Ah, ama… di balik tirai hati
Kita yang bersamaan arti
Adalah juga kata yang
Berlawanan makna dalam nama cinta
Rasa memang sama tetapi
Bahasa selalu brbeda
Dan kita tak bisa bersama
Biarlah aku jadi hujan bagi
Penuhnya lautmu yang tak lagi biru
(2021)
RINDU
Rindu adalah setetes embun jiwa..
Yang terpercik dari taman setiap insan
Yang layu karena mentari perpisahan
Embun yang bernama rindu itu
Tak mengalami kekeringan walau mentari perpisahan
terus menerpa dari segala sisi
ah… engkaukah itu
penyebab rinduku???
biarlah rembulan malam ini yang menerjemahkan
Bahasa rinduku kali ini…
Sebab bagiku rindu adalah….
Samudra terdalam dari
Setiap rasa.
(2021)
ADAKU
Terlahir dalam waktu..
Aku seperti mimpi yang berkelana..
Menyusur lorong gersang tak tahu…
Banyak rupa tak ku kenal mereka
Adakah aku Engkau panggil Tuhan….??
Aku bersimpuh tersirat janji, ku tuturkan..
Dari lubuk hati timbul secercah harapan..
Aku mau hidup dalam keperawananku..
Membiarkan aroma nafas-Mu ku hirup,,
Membiarkan rupaku Kau sunting…
Dalam kemiskinanku,,
Terkatub dalam nada mohon…
Iba ku rasa pada sesama
Syukur atas adaku apa adanya..
Dalam taatku,,,
Ku mau kemuliaan-Mu
Ku wartakan dalam hari-hari hidupku
Dengan nafas dan adaku…
Kabut kelam seakan sirnah…
Bersama datangnya Rembulan malam
Membawa pesan bahwa dosa tak diterkam
Dalam senyum indah di bibir Sang Rahim.
(2021)
MENGENANGMU IBU
Untuk Rahim yang terluka ku rapalkan doa
Pada harap yang entah
Kau berpeluh, pahit, luluh
Membiarkan lutut berdebu pada labirin rumah kita
Membuang kata yang tak terucap pada rahib
Lalu bangun bersama harap
“anakku ada dibalik fajar itu”
Ibu….
Kepadamu aku ingin pulang
Pulang kepada beranda bibirmu yang teduh
Mengais kata yang tak terucapkan
Pulang kepada rahimmu yang terluka
Seperti sedia kala aku dilahirkan pada dada bumi
Ibu….
Untukmu yang tegar, telah meratap waktu
Membawaku pada merahnya cakrawala
Membuang rindu, mendandani asa
Lalu sepakat
“anakku telah jatuh pada Rahim bintang”
Ibu…
Rinduku mengubah harap
Peluhmu syahdu
Pulang kepadamu telah menjadi rindu yang berharap
Lahir dari rahimmu berubah peluh nan syahdu
Kepadamu kutitipkan rindu, harap dan peluh
Karena engkau telah menghantarku
Pada setengah garis bumi.
(2021)
---------------------------------------------------------
Penulis
Sr. Ela Talan, SSpS adalah seorang biarawati asal Kefa_TTU. Kini sedang mengenyam pendidikan di STFK Ledalero.
0 Komentar