Oleh: Yohan Mataubana
(gambar: Yo te amo,yuotube.com)
TUBUH
bila mentari kelihatan pudar di pundak gunung
maka kuangap itu takdir
serupa cinta yang tak sepaham rasa
dan raga
(2021)
Si Penyair Meletakkan Gemuruh Air Mata
:Yoevita Soekotjo*
sayang. hujan tak turun setelah
usiamu kembali dirayu puisi.
di kursi roda air mataku roboh
memelukmu yang tabah
membaca kesedihan sebuah puisi.
sakitmu seperti musim dingin
ingin sekali kehangatan.
sebab kesembuhan hanyalah buku
bagi suka duka kehidupan
sementara buku adalah obat paracetamol
katamu, untuk meringani panasnya rindu
butuh baca dan tulis.
dan bila nanti kau tutup usia
atas nama “pengantin puisi”
doa akan jatuh seperti cinta membuka peti
di hati surga.
(2021)
*Catatan: Puisi ini didedikasikan kepada almarhum ibu Yoevita soekotjo. Seorang penyair dan juga pelakon teater yang banyak kali menginspirasikan saya untuk berkembang dalam dunia sastra.
Biodata: Yohan Mataubana, lahir di Kupang 24 juni 1998. Penulis kini sedang menempuh pendidikan di STFK Ledalero.
1 Komentar