Cerpen_Mimpi yang Tak Dapat Digapai

||Cerpen||

(Tidak semua yang kita inginkan dan harapkan dapat terwujud)

Nama lengkap saya Claudia Putri, biasa disapa Putri. Saat ini saya tengah duduk di bangku SMA kelas 3 di salah satu  SMA terbaik yang ada  di Maumere, SMAS Bhaktyarsa. Sekarang saya sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti UNBK. Teman-teman saya yang lain sudah mempunyai bayangan akan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi mana, setelah tamat SMA nanti. Bahkan ada teman saya yang orangtuanya sudah mendaftarkan anaknya di perguruan tinggi. Melihat mereka membuat saya bertanya-tanya apakah saya juga mampu melanjutkan pendidikan saya ke perguruan tinggi yang saya inginkan. Melihat perekonomian keluarga saya yang seperti ini membuat saya kehilangan harapan. Namun saya percaya pasti ada jalan untuk saya yang sudah Tuhan siapkan. 

Pagi ini guru matematika tidak masuk kelas karena sakit. Kami diberi tugas untuk dikerjakan di rumah. Sambil menunggu jam pelajaran selanjutnya, saya mengerjakan tugas matematika tadi. Salah seorang teman baik saya Ani menghampiri dan bertanya, “Putri, nanti kamu lanjut kuliah dimana?” Saya pun menjawab, “Sepertinya saya tidak bisa langsung kuliah, saya istirahat dulu satu tahun. Karena bapak saya baru saja kehilangan pekerjaannya dan kakak kedua saya sekarang lagi menyiapkan skripsi dan dia pasti membutuhkan banyak uang. Dia harus diprioritaskan terlebih dahulu. Setelah dia selesai, baru saya lanjut kuliah. Kalau kamu sendiri nanti setelah tamat mau lanjut kuliah dimana?” Ani menjawab, “Saya juga istirahat dulu satu tahun, kerja dulu untuk kumpul uang. Kan saya tinggal dengan tanta saya dan dia suruh saya kerja dulu satu tahun di tempat penggilingannya.” Yah, itulah kenyataan hidup, dimana yang kita inginkan tidak semua dapat terwujud.

Saat saya dan Ani sedang berbincang bahwa kami tidak langsung melanjutkan pendidikan kami ke perguruan tinggi setelah tamat SMA nanti, seorang teman baik saya juga namanya Angel datang menghampiri kami. Oh ya, saya mempunyai dua orang teman baik di SMA, mereka adalah Ani dan Angel. Kami berteman baik karena masalah yang sama yaitu perekonomian keluarga yang kurang mampu. “Eh, teman-teman ayok kita ikut beasiswa bidik misi. Nanti sebentar kita daftar nama di Pak Heri. Dapat atau tidak, intinya kita ada usaha.” Kata Angel. Mendengar apa yang dikatakan Angel memberikan saya sebuah harapan kalau saya bisa lanjut kuliah setelah tamat. “Saya mau, nanti sebentar istirahat kita langsung ke Pak Heri.”  Ani menghela napas panjang dan berkata, “Sepertinya saya tidak bisa ikutan, deh. Kan nanti itu harus ikut seleksi SBMPTN di Kupang dan saya punya tanta pasti tidak akan kasih izin. Biar kalian saja, semoga kalian lulus seleksi dan dapat beasiswa.”  Saya pun menjawab, “Baiklah kalau begitu, sekarang kita fokus dulu untuk UNBK dua bulan ke depan, kita harus lulus dengan nilai yang memuaskan.”

Dua bulan berlalu dan kami pun sudah mengikuti UNBK dan tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Hari ini semua siswa kelas 3 bersama orangtua hadir di aula sekolah untuk mendengar pengumuman kelulusan kami. Dan puji Tuhan kami lulus 100%. Saya bersama Angel dan teman satu kelas yang lain akan mengikuti seleksi SBMPTN di Kupang. Dan sekarang yang menjadi permasalahannya adalah saya belum bisa mengambil Surat Keterangan Lulus dan SKHUN sementara karena saya masih mempunyai tunggakan uang sekolah. Dengan takut-takut saya pun memutuskan untuk bertemu kepala sekolah untuk meminta Surat Keterangan Lulus dan SKHUN dan berjanji nanti akan melunasi uang tunggakan sekolah saya nanti. Dan saya disambut dengan kemarahan saat menyampaikan niat saya. “Dari kemarin-kemarin kamu kemana? bukannya datang bertemu saya, kamu malah santai-santai. Di saat hari ini mau jalan ke Kupang baru datang minta. Kamu ini sangat tidak tahu malu. Logikanya kalau kamu mau ikut tes SBMPTN di Kupang pasti kamu punya uang, kenapa tidak melunasi tunggakan uang sekolah yang tersisa? Kamu maunya enak saja minta surat untuk ikut tes masuk kuliah tetapi tidak mau melunasi tunggakan uang sekolah. Sangat tidak tahu malu dan tidak tahu diri. Ini ambil sudah kamu punya surat-surat. Ingat, nanti tunggakan uang sekolah harus dilunasi. Nanti ambil ijazah baru satu kali kasih lunas uang tunggakan sekolah yang tersisa.” Kata kepala sekolah.

Saya pun menerima surat-surat itu dan berterima kasih kepada kepala sekolah dan pamit. Saya tadi betul-betul menahan airmata saya agar tidak jatuh didepan kepala sekolah. “Akhhh, hati saya begitu sakit. Andai dia tahu, saya tidak punya uang untuk masuk kuliah. Saya hanya mencoba peruntungan saja untuk mengikuti tes beasiswa bidik misi lewat jalur SBMPTN. Kalau tes SBMPTN ini saya lulus, maka saya masuk kuliah gratis. Seandainya saja dia tahu, apa yang saya rasa dan alami.” Isak saya dalam hati. 

Setelah mengambil Surat Keterangan lulus dan SKHUN sementara, saya langsung ke rumah mengambil tas saya dan langsung menuju ke Bandar Udara Franseda Maumere. Ini adalah pertama kalinya saya naik pesawat. Saat pesawat akan lepas landas, perasaan saya tak karuan, cemas,  jantung saya rasanya mau copot dan saya merasa seperti badan saya melayang. Namun setelah beberapa menit saya sudah terbiasa dan dapat menyesuaikan diri. Kebetulan saya dapat tempat duduk dekat jendela pesawat. Saya menatap keluar melihat awan dan terlarut dalam khayalan-khayalan saya. Saya sangat berharap saya lulus tes ini dan bisa langsung kuliah.

Setelah 45 menit berlalu saya pun tiba di Kupang. Yang menjemput saya teman kosnya kakak kedua saya. Saat saya tiba di kos kakak saya, saya melihat badannya kurus karena sakit. Saya sangat merindukan kakak saya, karena setelah perpisahan orangtua saya waktu saya masih kelas 2 SD, saya tidak tinggal dengan kakak saya. Keluarga kami terpecah belah. Abang dan kakak kedua saya tinggal bersama na'a, kakak perempuannya bapa. Adik bungsu saya tinggal bersama bapa di Nunukan. Mama dan kakak ketiga saya di Bali. Dan saya tinggal di asrama susteran. Karena itu ada rasa canggung di antara saya dan kakak saya karena sudah 10 tidak pernah tinggal bersama. Tetapi saya sangat menyayanginya. 

Keesokan harinya saya pun mengikuti tes di SMAN 5 Kupang. Hasilnya akan keluar dua bulan lagi. Saya berharap saya lulus, dan saya berdoa kepada Tuhan agar saya lulus. Saya amat mengharapkan saya lulus. Saya betul-betul ingin kuliah. 

Dua bulan berlalu, kini saatnya saya mengetahui apakah saya lulus atau tidak. Saya dan kakak saya pergi ke warnet untuk men-cek apakah saya lulus atau tidak. “JANGAN MENYERAH, COBA LAGI TAHUN DEPAN!” Saya terpaku melihat tulisan di layar komputer. Serasa seluruh dunia saya hancur, harapan saya hilang, saya benar-benar merasa terpukul, saya merasa begitu hancur. Satu-satunya harapan saya sirna. Ingin rasanya saya berteriak, menangis dan memarahi takdir saya yang begitu menyedihkan. Namun saya menahan semua  itu, saya tidak ingin menangis di depan kakak saya. “Tidak apa-apa, jangan terlalu sedih. Mungkin kamu belum beruntung. Masih ada kesempatan tahun depan.” Kata kakak saya. Saya tidak bisa berkata apa-apa. Saya hanya menganggukan kepala. Kami pun kembali ke kos. Dalam perjalanan pulang saya tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Setibanya di kos saya langsung mengambil semua surat-surat yang saya gunakan untuk ikut tes SBMPTN dan membakarnya. Saat malam dan kakak saya sudah tertidur, saya pun menangis tanpa suara, hanya air mata yang terus mengalir tanpa henti. Saya merasa begitu hancur, pengorbanan saya selama ini sia-sia. Saya betul-betul kecewa.***

--------------------------------------------------------------------

Penulis 

Lidwina Rusmawati, Mahasiswi Semester 4 Program Studi Akuntansi di Universitas Nusa Nipa.

Posting Komentar

4 Komentar

Unknown mengatakan…
Ina❤️❤️
evaldiana mengatakan…
sungguh menyentuh😍
Semangat berkarya💪💪
Lidwina Rusmawati mengatakan…
♥️😊😊