OCEHAN SEPOTONG GINCU
Kepalaku pusing
terlampau sering mengitari bibir-bibir
aduhai!
sebentar basah oleh ludah
lalu di kepung aroma jahanam yang keluar dari lorong trakea¹
semenit kemudian dipoles merah merekah
ujung-ujungnya
hmm ... jadi ratu ghibah!
lalu sekonyong-konyong aku berpindah
terusap lalu melekat pada jari
yang lelah menghitung rupiah
dalam dabal setengah tiang
Ah
hidup itu tak butuh gincu
menutupi pucat yang palsu
anehnya,
tetap saja jari-jari mengorek
kendati leher terpenggal nasib
ya nasib hanya potongan gincu!
*catatan
¹ Trakea: bahasa latin untuk batang tenggorok
(Palangkaraya, 230323)
Baca juga
DENGUS KEMARAU
Aku bertanya-tanya
Mengapa hujan tak lagi menyapaku?
Kucari ia di langit, hanya bertemu induknya; segumpal awan hitam
yang enggan berbincang
Sementara makin siang,
matahari makin garang
Kemana kau pergi bestie?
Kurindu hadirmu yang berempati menangisi sedihku
Bebungaan di kebunku pinta lagi curahanmu
Pepohonan berbaju hijau merunduk cemberut,
menatap kerak tanah berkerut
Terlalu lama menanti terkabulnya doa
Kehilangan belai sejuk pawana, berganti dengus panas hawa
Dahan-dahan berkeretak,
patah bersama harapan
dicengkeram terlalu erat
oleh kemarau panjang.
(Palangkaraya, 140922)
_______________________________
BIO NARASI:
Gwen Julie adalah nama pena dari seorang penggiat sekaligus penikmat puisi, prosa dan lagu yang berdomisili di Palangkaraya Kalimantan Tengah. Ia mencoba meramu kisah-kisah kehidupan melalui sebuah puisi sederhana. Karya lainnya dapat dibaca lewat akun Instagram @gwen_7uly.
2 Komentar