PUISI DENGUS KEMARAU || GWEN JULIE

Ilustrasi Pixabay.com


OCEHAN SEPOTONG GINCU


Kepalaku pusing
terlampau sering mengitari bibir-bibir 
aduhai!
sebentar basah oleh ludah 
lalu di kepung aroma jahanam yang keluar dari lorong trakea¹
semenit kemudian dipoles merah merekah 
ujung-ujungnya 
hmm ... jadi ratu ghibah!

lalu sekonyong-konyong aku berpindah
terusap lalu melekat pada jari
yang lelah menghitung rupiah
dalam dabal setengah tiang

Ah 
hidup itu tak butuh gincu
menutupi pucat yang palsu
anehnya, 
tetap saja jari-jari mengorek
kendati leher terpenggal nasib
ya nasib hanya potongan gincu!


*catatan
¹ Trakea: bahasa latin untuk batang tenggorok

(Palangkaraya, 230323)


Baca juga

DENGUS KEMARAU


Aku bertanya-tanya
Mengapa hujan tak lagi menyapaku?
Kucari ia di langit, hanya bertemu induknya; segumpal awan hitam
yang enggan berbincang
Sementara makin siang,
matahari makin garang

Kemana kau pergi bestie?
Kurindu hadirmu yang berempati menangisi sedihku
Bebungaan di kebunku pinta lagi curahanmu
Pepohonan berbaju hijau merunduk cemberut,
menatap kerak tanah berkerut
Terlalu lama menanti terkabulnya doa
Kehilangan belai sejuk pawana, berganti dengus panas hawa
Dahan-dahan berkeretak,
patah bersama harapan 
dicengkeram terlalu erat
oleh kemarau panjang. 

(Palangkaraya, 140922)

_______________________________
BIO NARASI:

Gwen Julie adalah nama pena dari seorang penggiat sekaligus penikmat puisi, prosa dan lagu yang berdomisili di Palangkaraya Kalimantan Tengah.  Ia mencoba meramu kisah-kisah kehidupan melalui sebuah puisi sederhana. Karya lainnya dapat dibaca lewat akun Instagram @gwen_7uly.

Posting Komentar

2 Komentar

Eva Nara mengatakan…
Terima kasih sudah memuat karya saya 🙏🏻
say - Tony - Rojim mengatakan…
Great poem! 😊👍