seekor anjing di tengah derai hujan
seekor anjing kedinginan di tengah hujan kemakmuran rejeki berkelimpahan berbilang tahun
negeri ini bergerimis emas berangin lembut butiran beras warna merah darah mengalirkan airmata tetes demi tetes di belantara sunyi lautan kata bergelombang berlanjut keluh tak pernah putus mimpi berjalin harap ladang kekeringan sawah menggurun sudah tak lagi menuai panen bermusim-musim
anjing kehausan tak pernah makan tak pernah minum sejak teh plastik dan nasi sisa dari warung tegal tandas dijarah gelandangan
negeriku berlimpah limbah beribu janji beribu tipu beribu omongkosong beribu umpat negeriku negeri warga menjadi anjing kelaparan di hujan kemewahan menjadi gonggong tak berkesudahan dalam rintik gerimis derita berkepanjangan
Amin
Jakarta, Februari 2023
BACA JUGA
Di Simpang Empat Ciawi, Suatu Sore
Kau sudah makan?
Ia tak menjawab
Sepasang mata tembus menerawang mataku dan aku gagal memaknai pantul seribu jawab seribu tanya seribu heran dalam sorot laparnya
Deru bising kendaraan gaung pasar di seberang jalan teriak penjaja di macet lampu merah menyanyikan gemuruh semangat mengumpulkan remah rejeki mengais ceceran rupiah demi rupiah mobil demi mobil melintas
Gerimis merintik lagi
Kau sudah makan?
Ia diam
Senyum lugunya perih
Seorang ibu kumal berkerudung robek tak beralas kaki bergegas melintas mengulurkan nasi bungkus pembagian masjid
Suap demi suap lahap mengatupkan laparmu,
air putih dari kantong plastik menutup makan sore hari inimu
Kau sudah kenyang?
Jawabnya hanya diam senyum polos sepintas lalu matanya berbinar secercah ..
tiba tiba gaduh
simpang empat Ciawi senyap diremas pekik adzan maghrib dari masjid Juanda ....
Allohu Akbar
Jakarta, Maret 2023
Di makam Dayat adikku
Hanya angin dan sepi tersisa di sini
Ingatan dan kenang padamu berguguran tangisku tak berkata apa pun
Aku ingin berlama-lama denganmu di sini mengulurkan benang perjalanan kita berdua
Tapi makam tanpa nisanmu makin membekukan masa lampau kita
Aku akan pulang ke Cinere Yat,
nyupir sendiri, tak ada lagi gurau jorok dan lelucon konyol kita sepanjang jalan bersamamu,
Yat, aku pulang sendiri ...
Allohumghfir lahu warhamhu ....
Jakarta, Maret 2023
_________________________________
Tentang Penulis
Imam Sudjudi M.B.
Sarjana HI (Hubungan Internasional) FISIPOL UGM. Lama bekerja di perminyakan. Terakhir purna tugas dari Medco. Pencinta sastra, terutama puisi. Karya-karyanya lebih banyak dinikmati kawan-kawannya. Puisi "anjing" ini dikirim ke dermaga.sastra oleh Effendi Kadarisman, kawannya di pesantren Gontor tahun 1970an. Atas permintaan kurator, ditambahkan dua puisi: "Di Simpang Empat Ciawi, suatu sore" dan "Di makam Dayat, adikku".
0 Komentar