PUISI MEMBASUH PENYESALAN DAN PUISI LAINNYA || ILHAM NURYADI AKBAR

Ilustrasi Kompasiana.com


Membasuh Penyesalan


di hulu sungai harapan paling panjang

kau melarungkan doa-doa penuh duka

yang kau ramu dengan secangkir air mata palsu

untuk melawan riak-riak kesendirian, lagi melewati kayu-kayu tajam

sebagaimana ucap perpisahan bernada haram

kau lahirkan dengan begitu telanjang.

 

nanti, di hilir dermaga penyesalan

tempat yang bertuliskan huruf-huruf paling kau ingat

makam dari butiran-butiran kisah silam

kau dapat menertawakan diriku

yang menjelma bangkai tertumpuk nisan

tenggelam pada dalamnya sungai

air mataku sendiri

 Bekasi, 02 Februari 2023. 


 Semoga Semesta Lupa

 

dirimu memang benar

bahwa Tuhan telah menentukan:

dengan siapa kita bercerita,

kepada siapa kita menangis,

apa yang kita cari,

apa yang kita inginkan,

kapan kita merawat luka,

dan untuk apa kita menghapus air mata.

 

aku tak menyalahi semua hal itu,

melainkan berulang kata maaf darimu saja

yang sedikit pun

tak mengubah perasaanku.

 

semoga

semesta lupa menurunkan murkanya

lantaran pentas yang ia berikan

tak dapat kita megahkan.

 

Bekasi, 02 Februari 2023.


Putik

 

meski sedihmu adalah kesempatan bagi mereka yang menunggu di simpang jalan

namun sedetik hadirmu serupa rintik gerimis yang pandai menggisil tanah gersang.

 

beruntungnya dirimu dapat terbang setelah puas dipuja-puja

dan betapa hinanya diriku yang jatuh atas ketinggianmu

hanya dirimu yang sengaja mematahkan putik cintaku

seperti saat ini

pergi dan memasung kabar

di tempat yang entah.

 

Bekasi, 02 Februari 2023.

 

 Menggumuli Seorang Perempuan

 

di tengah taman yang ramai

seorang perempuan berwajah halai

beringsut-ingsut mencangking hati penuh hasai

tertafsir bahwa seluruhnya sedang berawai

sebagaimana tangan dan kakinya pucat pasi laiknya bangkai

sedang lorong matanya tampak memasung lorong-lorong sunyi

 

beberapa lelaki menyatroni

coba menggumuli sampai merasa benar

tentang sebab musabab

mengapa ia seperti habis dilucuti

namun tak ada yang benar-benar mengetahui

bahwa perempuan itu adalah jelmaan kesedihan

lantaran kekasih yang memberinya kehidupan

telah pergi dengan selembar kain kafan.

 

Bekasi, 02 Februari 2023.


Puan


puan, aku telah hidup dari puing-puing purba

nun sebelum teori-teori gila dituhankan

atau sekelumit sajak-sajak cinta

yang kini membuat kau begitu jemawa

maka jangan lagi menghunus kalimat-kalimat pesakitan

pada pagi dan petang tempatku menitip harap.

 

puan, tandas segala hasratku tentang dunia ini

jangan kau jadikan tuduhan

bahwa aku seorang munafik dan sedang berpura-pura

menutup-nutupi perbuatan penghuni neraka

aku hanya ingin lurus berdiam diri di rahim bumi ini

agar di surga nanti, riang sejadi-jadi.

Bekasi, 02 Februari 2023.

 ___________________________________________________

Tentang Penulis

Ilham Nuryadi Akbar lahir di Banda Aceh dan saat ini sedang merantau di Kota Bekasi. Buku pertamanya diterbitkan oleh Alinea Medika Pustaka berjudul Kemarau Di Matamu Hujan Di Mataku. Puisi dan cerpen telah banyak terangkum pada beberapa media Lokal dan Nasional seperti, Kumparan.co, Koran Radar Banyuwangi, Sumenep.news, ideide.id, Literasikalbar, barisan.co, negeri kertas, dll. Instagram: ilhamfellow. Youtube: ZAYID TV.

Posting Komentar

0 Komentar