Membasuh Penyesalan
di hulu sungai harapan paling panjang
kau melarungkan doa-doa penuh duka
yang kau ramu dengan secangkir air mata palsu
untuk melawan riak-riak kesendirian, lagi
melewati kayu-kayu tajam
sebagaimana ucap perpisahan bernada haram
kau lahirkan dengan begitu telanjang.
nanti, di hilir dermaga penyesalan
tempat yang bertuliskan huruf-huruf paling kau
ingat
makam dari butiran-butiran kisah silam
kau dapat menertawakan diriku
yang menjelma bangkai tertumpuk nisan
tenggelam pada dalamnya sungai
air mataku sendiri
dirimu memang
benar
bahwa Tuhan telah
menentukan:
dengan siapa kita
bercerita,
kepada siapa kita menangis,
apa yang kita cari,
apa yang kita inginkan,
kapan kita merawat luka,
dan untuk apa kita menghapus air mata.
aku tak menyalahi semua hal itu,
melainkan berulang kata maaf darimu
saja
yang sedikit pun
tak mengubah perasaanku.
semoga
semesta lupa menurunkan murkanya
lantaran pentas yang ia berikan
tak dapat kita megahkan.
Bekasi, 02 Februari 2023.
Putik
meski sedihmu adalah kesempatan bagi mereka
yang menunggu di simpang jalan
namun sedetik hadirmu serupa rintik gerimis
yang pandai menggisil tanah gersang.
beruntungnya dirimu dapat terbang setelah puas
dipuja-puja
dan betapa hinanya diriku yang jatuh atas
ketinggianmu
hanya dirimu yang sengaja mematahkan putik
cintaku
seperti saat ini
pergi dan memasung kabar
di tempat yang entah.
Bekasi, 02 Februari 2023.
di tengah taman yang ramai
seorang perempuan berwajah halai
beringsut-ingsut mencangking hati penuh hasai
tertafsir bahwa seluruhnya sedang berawai
sebagaimana tangan dan kakinya pucat pasi
laiknya bangkai
sedang lorong matanya tampak memasung lorong-lorong
sunyi
beberapa lelaki menyatroni
coba menggumuli sampai merasa benar
tentang sebab musabab
mengapa ia seperti habis dilucuti
namun tak ada yang benar-benar mengetahui
bahwa perempuan itu adalah jelmaan kesedihan
lantaran kekasih yang memberinya kehidupan
telah pergi dengan selembar kain kafan.
Bekasi, 02 Februari 2023.
Puan
puan, aku telah hidup dari puing-puing purba
nun sebelum teori-teori gila dituhankan
atau sekelumit sajak-sajak cinta
yang kini membuat kau begitu jemawa
maka jangan lagi menghunus kalimat-kalimat
pesakitan
pada pagi dan petang tempatku menitip harap.
puan, tandas segala hasratku tentang dunia ini
jangan kau jadikan tuduhan
bahwa aku seorang munafik dan sedang
berpura-pura
menutup-nutupi perbuatan penghuni neraka
aku hanya ingin lurus berdiam diri di rahim
bumi ini
agar di surga nanti, riang sejadi-jadi.
Bekasi, 02 Februari 2023.
Tentang Penulis
Ilham Nuryadi Akbar lahir di Banda Aceh dan saat ini sedang merantau di Kota Bekasi. Buku pertamanya diterbitkan oleh Alinea Medika Pustaka berjudul Kemarau Di Matamu Hujan Di Mataku. Puisi dan cerpen telah banyak terangkum pada beberapa media Lokal dan Nasional seperti, Kumparan.co, Koran Radar Banyuwangi, Sumenep.news, ideide.id, Literasikalbar, barisan.co, negeri kertas, dll. Instagram: ilhamfellow. Youtube: ZAYID TV.
0 Komentar