PUISI KEPADA PEMILIK PURNAMA-THOMAS ELISA

Amazon.com

MENCIPTA SAJAK

Seperti biasa kita susun daftar peristiwa

lalu menuliskan sebuah urutan kronologis:

pada mulanya adalah janji. janji itu menciptakan pertemuan.

pertemuan selalu mengajarkan dua hal. pertama, pengalaman.

kedua kehancuran. kebahagiaan hanyalah duka yang tertunda.

hari-hari tak ubahnya lingkaran labirin suka duka

sajak pertama tercipta bernama: balada.

 

Dalam balada berputar itu

kita tunaikan peran yang selalu berganti

kadang kita dibunuh kadang kita membunuh

padahal kita tak ingin saling melukai

perasaan kita tak jauh beda dengan Oedipus

menempuh nasib dalam ketidakpahaman

dan tiba-tiba waktu mengakhiri balada kita

sajak kedua  tercipta bernama tragedi

 

Tragedi selalu menyembunyikan isyarat takdir

seperti lemparan dadu pada kisah drupadi

angka yang keluar tak pernah bisa diduga

tiba-tiba melucuti tubuh tanpa permisi

tanpa kita sanggup berbuat untuk melawan

selain bertahan  sampai akhir kesudahannya

 

sajak ketiga pun tercipta dengan nama :

 ode duka

(Surakarta, 2022)

KEPADA PEMILIK PURNAMA

Ia menuliskan pesan kecil

kepada sang pemilik purnama

tangannya gemetar menuliskan kata

sebab di ingatannya terbayang bayang :

sang pemilik purnama memiliki jari-jari

lebih luas dari angkasa dan gugus galaksi

sedang di jemarinya melekat hitam perjalanan

bernama dosa berakibat karma dan membekukan kata

 

“Kepada pemilik purnama” tulisnya

jika tanahmu berdebu akulah debu itu

kotoran dan sampah busuk ialah nafasku

akulah penerus nenek moyang dalam kitabmu

yang dipenuhi ingkar pengkhianatan pada aturan

samakah  akhir kisahku dengan mereka?

 

“Kepada pemilik purnama” lanjutnya  

jika semestamu penuh embun sejuk

akulah embun itu cinta yang mengalirkan

jalan-jalan lapang untuk penampungan

ingin  kuhanyutkan cinta dan sampan rapuhku

menuju hulu hilir sungaimu

 (Surakarta, 2022)

 


 PANGGILAN SAJAK

Setelah tetes embun terakhir sirna

sajak berteriak penuh semangat padamu

agar kata-kata yang berserakan semalam

segera kau bereskan di pagi yang ranum

sebelum kakimu menggigil dalam nestapa

 

“Sebentar” katamu dalam malas selimut

sajak menahan nafasnya penuh gemas

ia mengenakan topi dan jaket hitam

ditunggunya kata-kata kau rapikan

karna ia tahu kau akan mudah  lupa

pasca diburu dengus bengis kota

 (Surakarta, 2023)

________________________________________

Tentang Penulis
Thomas Elisa, lahir 21 September 1996 di kota Surakarta. Penulis tinggal di Pucangsawit RT 01/RW 03, Kecamatan Jebres, Surakarta. Penulis telah menempuh jenjang pendidikan di antaranya : TK Kristen Petoran (2001-2002), Sekolah Dasar Kanisius Pucangsawit (2002-2008), Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Surakarta, (2008-2011), Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Surakarta (2011-2014). Penulis juga telah menyelesaikan program Strata-1 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) pada Juni 2018 lalu. Karya terbaru penulis adalah novel fiksi anak berjudul Bangunnya Peri Merah (2017) dan Hadiah Tak Terduga (2020). Penulis mengajar di sekolah SMK Mikael Solo. Kontak Penulis: 085802474575 (WA/ Telefon). Email: thomithomas78@gmail.com, dan Instagram: Thomas Elisa P. Karya terbaru penulis dimuat dalam media Poros Pemalang (2021), Tegas.Id  (2021)  Opini.Id  (2021), Marewai (2021), Suku Sastra (2021),  Ruang Jaga (2021), Rembukan.com (2021), Radar Pekalongan (2022), Harian Bhirawa,(2022), Jawapos Radar Madiun (2022),  Sinar Indonesia Baru (2022), Solopos (2022),  Media Indonesia (2022), Jurnal Sastramedia (2022), Magrib.Id (2022). 


Posting Komentar

0 Komentar