KAUM REBAHAN DAPAT MENDATANGKAN PERUBAHAN?-AMELIA PRISCILLAWATI

 

gambar google

Kaum Rebahan Dapat Mendatangkan Perubahan ?


Kata rebahan menjadi trending di kalangan pengguna media sosial terutama di saat pandemi Covid 19 berlangsung hingga kini. Di Twitter netijen mengunggah cuitan “lagi rebahan “ ketika berbaring di tempat tidur atau menghabiskan sebagian besar waktu mereka di tempat tidur. Kata ini juga populer di kalangan generasi millenial sebagai bahasa gaul yang digunakan dalam keseharian. Menurut KBBI (kamus Besar bahasa Indonesia) kata rebahan termasuk jenis nomina yang mengacu pada nama dari seseorang, tempat atau semua benda dan yang dibendakan. Adapun arti dari kaum rebahan adalah sebutan untuk orang yang bermalas-malasan di tempat tidur.

Pada 20 November 2022, Sastramedia yang merupakan jurnal sastra berbasis online milik komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) memuat puisi karya Rahmat Wahyudi dengan judul Kaum Rebahan. Puisi ini tergolong puisi kontemporer yang terdiri dari dua bait. Adapun penggalan bait pertama dalam puisi tersebut sebagai berikut :

 

1/    

Ia melepas gadget ketika tidur

Ia mengambilnya kembali ketika bangun

 

Ia mungkin lupa, candu: kekalahan sejati

di mana jari tak bisa berhenti di hadapan layar

di mana mata terjaga untuk game dan video reels

 

Tapi ia sadari, hidup seolah baterai


Di bait pertama ini, penyair menyuguhkan seorang tokoh yaitu ia sebagai kata ganti orang ketiga. Penyair menempatkan dirinya sebagai seorang yang mahatahu dengan aktivitas yang tokoh lakukan. Penyair juga mengacu pada kegiatan rebahan tokoh ia yang ditemani oleh gawai. Tokoh ia sadar apa yang dia lakukan itu telah menghabiskan hampir seluruh waktunya tetapi kecanduan aktivitas rebahan dengan gadget membuat dirinya kalah dan terus menerus melakukannya. Di baris terakhir dikatakan, “Tapi ia sadar, hidup seolah baterai.” hal ini mengungkapkan tokoh ia melakukan kegiatan ini dalam kesadaran yang penuh. 


Di bait kedua penyair menyoroti hal-hal yang dilakukan tokoh ia sembari rebahan bersama gawainya. Meski hanya sebatas alat komunikasi, gawai yang yang dimiliki tokoh ia  membuatnya dapat berkomunikasi dengan banyak orang di berbagai tempat. Di bait ke dua ini, penyair menyatakan sesuatu yang berlawanan dengan bait pertama. Tokoh ia sangat menikmati kegiatan rebahan hingga kehilangan kesadaran (dikatakan seperti ODGJ). Kendati demikian, tokoh ia membiarkan dirinya larut dalam ketidaksadaran tersebut. Berikut penggalan bait kedua:

 

/2/

Ia tak pernah kesepian meski sendirian

di sosial media, puluhan orang sedang bicara

kepadanya

sesekali menanyakan “sudah punya pacar?”

 

seperti ODGJ

ia tertawa sendiri, senyum sendiri, sedih

sendiri

ia hidup dalam dunia online

 

ia merebahkan matanya pada kasur layar

dan charger yang mencolok selamanya

Aktivitas rebahan menjadi pilihan yang dinilai dapat membuat nyaman oleh sebagian besar orang. Dilansir dari artikel m.brilio net, ada beberapa manfaat melakukan aktivitas rebahan yaitu ; mengenal diri sendiri, menghemat biaya, memiliki energi lebih, dan terhindar dari stress. Namun, aktivitas yang sebagin besar dihabiskan di tempat tidur ini, akan mendatangkan hal-hal yang tidak menguntungkan jika dilakukan tanpa batas waktu.

Dalam artikel kumparan yang diunggah 11 Januari 2022, menjadi kaum rebahan setiap saat dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik juga mental. Kegiatan ini jika terus menerus dilakukan akan menurunkan tingkat konsentrasi dan fokus, dapat mengakibatkan penyakit seperti nyeri sendi juga berkaitan dengan usaha meraih kesuksesan. Oleh karena, kesuksesan tidak dapat jatuh dari langit dengan sendirinya melainkan membutuhkan usaha yang keras.

Jadi, aktivitas rebahan memang dapat mendatangkan perubahan yang negatif dan positif. Hal ini tentu terjadi tergantung dari pribadi masing-masing dalam melakukan manajemen diri.


__________________________
Tentang Penulis

Amelia Priscillawati berasal dari Malang. Kini berprofesi sebagai guru privat di kota Batu

Posting Komentar

0 Komentar