SENI: KEINDAHAN DARI MATA TURUN KE PUISI

SENI: KEINDAHAN DARI MATA TURUN KE PUISI

(Tinjauan dari Arti Filsafat Estetika)

Foto: Bukunya Emi Suy

“Perempuan mesti bisa menjahit, setidaknya menjahit lukanya sendiri” (Emi Suy)

Penyair Wanita Indonesia Emi Suy baru saja menerbitkan kumpulan puisinya yang kelima berjudul Ibu Menanak Nasi Hingga Matang Usia Kami. Sebelumnya Emi sudah memiliki empat buku kumpulan puisi tunggal, yaitu Tirakat Padam Api (2011), serta trilogi Sunyi yang terdiri dari Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi (2018), serta Api Sunyi (2020). Yang menarik dari bukunya yang kelima adalah keindahan diksi sang penyair yang ia tumpangkan kedalam puisi. Nuansa meditatif dan katarsis itu diungkapkan oleh Emi sendiri bahwa menulis tak sekedar menuang kata-kata semata tetapi juga mencurahkan seluruh jiwanya. Baginya menulis puisi adalah seni di mana diri kita memandang dan mengakrabi sekitar kita. Salah satu puisinya yang dijadikan quetos berbunyi“Perempuan mesti bisa menjahit, setidaknya menjahit lukanya sendiri”kata-kata yang dibaca terasa indah tetapi juga punya daya reflektif tentang perempuan.

Dalam Pelajaran Filsafat Estetika, dikatakan bahwa estetika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang membahas tentang keindahan dan biasanya terdapat didalam seni dan alam semesta. Ada dua hal penting di sini keindahan itu ada dalam seni dan alam semesta. Seni itu terletak dalam unsur kedalaman makluk hidup, sedang alam semesta mencakup ruang pementasan seni itu. Dalam artian bahwa seni itu membawa keindahan dan alam semesta menampung keindahan itu.

Menurut Emy Suy dalam presentasi materinya mengenai puisi yang diberi judul “Dari Mata Turun ke Hati” ia mengatakan bahwa seni itu terletak luas disekitar kita, tetapi mata manusia harus jeli menangkap seni itu, seni itu seperti rangkaian peristiwa yang tak disadari dan sering kali manusia abaikan.contoh ketika Emi melihat sampah di pinggir pantai, di sana ia memandang sampah sebagai sebuah keindahan menertawakan manusia yang sedang meremahkan alam dengan membuang sampah sembarangan. Di sini dapat diketahui pada keindahan itu justru terasa seni, ketika manusia memandang sesuatu dengan gaya yang lain dengan cara yang lain. Sebab dengan cara berpikir yang berlainan dengan menfokuskan interaksi dengan alam sekitar maka justru disitulah seni itu berada. Filsafat adalah ilmu berpikir. Maka sangat setujuh bila seni itu bergantung pada relasi pribadi makluk hidup dan filsafat terhadap dunia sekitarnya.

Soekarno saja, waktu membuat naskah tonik-toniknya, ia butuh  pengakraban diri dengan alam untuk bisa menemukan inspirasi menulisnya sehingga menghasilkan naskah yang indah dan kemudian  ditransformasikan ke dalam seni melakon . Sementara Emi suy menemukan dunia seni menulis puisi dengan mentransformasikan apa yang ia lihat disekitar, diolah menjadi kata-kata yang kuat akan makna dan kaya akan keindahan.  Maka keindahan itu bisa dikatakan ada dalam seni dan alam sekitar.

Keindahan Sebagai Suprise

Keindahan itu soal rasa yang dipertemukan mata dan objek tertentu yang menggembirakan hati. Keindahan itu semacam suprise yang memberikan kejutan kepada rasa.  Keindahan selalu mengandaikan adanya sesuatu yang menarik dinikmati dan membawa kesan indah di hati. Lalu Keindahan semacam apa yang bisa memberi suprise. Keindahan itu abstrak yang masing-masing individu sendiri nikmati tidak secara komuninal, meski dalam hal ini keindahan bisa dinikmati semua orang, ada kalanya keindahan yang dilihat oleh si A belum tentu dilihat si B itu indah. Jadi sekali lagi bahwa keindahan itu soal rasa masing-masing individu, maka itu keindahan disebut sebagai suprise yang hanya bisa dirasakan oleh tiap-tiap pribadi. Salah satu contoh. Yustin menyukai Rio karena menurutnya Rio adalah pria yang hitam manis dan gayanya yang selalu tenang membuat Yustin tertarik. Keindahan di sini terletak pada pribadi Rio yang dilihat oleh Yustin dan di sanalah Yustin merasakan kegembiraan dari keindaha pribadi Rio. Berbeda dengan Anggi yang melihat Rio sebagai pribadi yang romol, breoknya jelek. Sehingga perasaan Anggi mengatakan bahwa ia tidak menyukai Rio. Dari contoh ini dapat diketahui bahwa keindahan itu adalah suprise pribadi masing-masing orang. Tidak semua orang bisa merasakan apa yang orang lain rasa indah karena keindahan itu soal rasa masing-masing orang. Bisa dikatakan  Ada tiga hal penting sikap terhadap keindahan di sana yakni

·         Penerimaan dalam Suprise: Tergantung, bagaimana individu itu menerima objek yang ditangkap. Apakah mengembirakan dan suprise untuknya atau tidak.

·         Orang yang menyadari atau mengamat: Soal keindahan, perlu adanya kepekaan individu untuk menyadari objek yang dlihat dan sebagainya.

·         Pengandung

Pengandung yang dimaksud adalah eksplorasi nilai  keindahan dalam diri sendiri. Dalam keindahan itu individu merasakan apa, dan apa responya terhadap objek itu.

Berbicara soal keindahan, tidak terlepas dari alam semesta. Relasi antara manusia dan Tuhan, relasi manusia dengan alam, dan relasi manusia dengan manusia. Emy Suy, si Penyair yang kemarin sempat memberikan hadiah kepada saya buku puisi ayat-ayat sunyi, saya melihat bahwa Emy Suy dalam bukunya mengandung banyak kontemplasi diri dengan Tuhan dimana ia menulis tentang hidupnya yang sangat lelah karena mengurusi banyak tantangan hingga akhirnya dia berdoa dan berdoa (Kasih Ilahi). Hal itu ia ungkapkan dengan puisi. Selain itu relasinya dengan alam, di mana ia melihat sampah berserahkan di sekitar pantai, kemudian ia melihat dan kemudian diekspor ke dalam bentuk tulisan artinya bahwa puisi menjadi salah satu nilai seni dibalik keindahan objek yang dirasakan banyak orang kadang tidak indah dipandang. Relasi dengan sesama. Menurutnya puisi mampu membahasakan keindahan lewat orang lain. Ketika dimarahi suami justru pengalaman yang terluka itulah yang bisa menghadirkan nilai seni dalam puisi. Dengan mengolah kata-kata jadilah itu sesuatu yang indah dinikmati dan diterima dikalangan luas sebagai objek keindahan (Meski belum tentu semua orang merasakan itu indah).

Pada akhir tulisan ini saya teringat akan ungkapan Nietzche

KEABADIAN YANG DALAM

Wahai manusia, berjagalah!

Apa yang telah dikatakan oleh suara tengah malam?

“aku tidur,aku tidur,

Dan dari mimpi yang dalam, aku terjaga:

Dunia begitu dalam,

Lebih dalam dari pada yang terpikirkan siang,

Dukanya begitu dalam,

Tapi sukacita masih lebih dalam dari pada duka,

Sebab duka berkata: pergilah!

Sebab sukacita menginginkan kehadiran

Keabadian yang terdalam.”

Jika Nitzce menulis puisinya dengan kata-kata yang mengundang orang untuk kontemplasi, maka bisa jadi Nitzche merasakan apa itu seni yang penuh dengan interpretasi keindahan. Kata-kata saja bisa mengandung rasa keindahan lalu kita kaum akademik, apa yang kita rasakan tentang keindahan. Keindahan apa yang sudah kamu bagikan?

___________________________________________

Posting Komentar

0 Komentar