Waktu, Es Krim dan Kamu

(gambar pixabay.com)



3 Oktober
Hari ini, kita bersilaturahmi di taman lagi. Dan tanpa banyak tanya, kamu paling bahagia membahas perihal kita. Seperti biasa, kita duduk di kursi panjang, di depan sebuah gerobak es krim, yang kalau dilihat-lihat, penjualnya pasti sudah tahu siapa langganannya setahunan ini. Kita bercanda soal siapa yang paling buncit, siapa yang paling cemburuan, siapa yang paling sering sangean, ataupun siapa yang suka ngantuk. ‘kamu mau es krim rasa apa?’, dengan manjanya kamu bertanya soal rasa. Ah kamu suka bercanda.Tentu kita suka rasa coklat.Tawa kita ditutup dengan hormat salam dari hujan yang menyuruh kita pulang pukul 14.25. Berlari kecil dan saling menendang genangan air, tertawa dan saling merangkul, bergandengan lalu adu lengan. Hujan memang paling mengerti kita. Motor kuparkir di bawah beringin tua, yang katanya dari tahun 50-an.Di atas motor, kamu menggelitik aku yang sedang berkendara di tengah hujan. Kuarahkan spionmotor ke wajahmu sembari tersenyum jahat, dan kamu langsung cemberut. Hah. Kamu paham. Dan aku cekikikan,tertawa sambil menahan dingin karena kamu yang tak ingin memelukku lagi.


4Januari
Hari ini kita bertengkar. Tidak sepaham lagi karena aku yang kamu kira terlalu cemburu dan tidak pernah menghargaimu. Di tengah pertandingan panas bertaruh hati, kamu bilang bahwa kamu pura-pura saja selama ini. Kamu Cuma ingin melatih kemampuan aktrismu. Sekarang kamu ingin pergi. Butuh beberapa saat untuk benar-benar paham ‘kamu yang ingin pergi’. Sejenak memang kamu sudah pergi.Mungkin masih menunggu angkot disimpangan jalan.


2februari
Besok anniversary kepergianmu. Sakit. Dan aku duduk mengenang kamu dan aku disini dulu.
Sembari menunggu kamu yang pasti tidak akan datang, kubelikan sepasang es krim. Untuk kita. Abang penjual itu bilang begini ‘tumpahkan es krim yang satu, biarkan sekali lagi kamu memberi hormat untuk wakil rasamu yang akan pergi’. Betul. Seperti pertama kamu jatuh di sini, kamu pergi seolah tidak pernah jatuh. Disini.


Aku_dan_kamu_yang_tak_kunjung_kita


Baca Juga : rundung





LUKA HATI

Kala sang surya mulai muncul
Dalam segala hal,
Aku merasa jikalau di balik 
Senyum manismu, adalah isyarat makna
Untuk diriku candu
  
Lesung manis pipimu adalah,
Canda untuk diriku merindu
Akankah dirimu menjadi milikku…???
Semoga dengan segala harapan adalah aminmu
Dengan segala isyarat makna 
Tawamu adalah nyawa untukku merindu

Terimakasih untuk segala makna yang tersirat
Terimakasih untuk selalu membuatku merindu
Terimaksih untuk luka yang sakit
Terimakasih untuk selalu membuat diri kuat
Dan dalam senandung lagu dan seikat doaku
Ku titipkan rasa luka ini



_______________________________
Penulis

Emanuel Petrus Satu, Mahasiswa UNIPA Semester 1 Progam Studi Akuntansi.


Posting Komentar

0 Komentar